Masa SMA 3: Punya Adik Kelas | Blog


Sahabatku Gayo adalah lulusan SMP Negeri 1 Surabaya, yaitu SMP terbaik di Kota Surabaya waktu itu. IQ nya di atas rata-rata. Dia juga supel dan punya banyak teman, baik laki-laki maupun perempuan. Berbeda denganku yang tidak punya teman lain, selain teman sekelasku di kelas 'Keselek' (sebutan yang kami buat untuk kelas kami).

Setiap aku berjalan ke kantin dengannya, sepanjang perjalanan banyak sekali yang menyapanya. Waktu itu, aku hanya diam dan merasa canggung. Bahkan di kelas ketika dia tidak ada, ketika ada anak kelas lain yang mampir ke kelas, anak tersebut pasti mencari Gayo. Hanya Gayo. Bukan orang lain.

Aku dan Gayo banyak berbagi rahasia bersama. Entah mengapa kami sangat nyambung saat mengobrol. Namun setelah 3 semester, entah mengapa aku tidak kuat. Mungkin karena dia jauh lebih pintar dariku, jauh lebih populer dariku, dan jauh lebih sempurna dariku. Aku pun perlahan menghindari Gayo. Sejak saat itu, aku tidak lagi berbicara dengannya.

Pada suatu hari sepulang sekolah, aku bertemu dengan Azmi, salah seorang teman sekelasku. Ternyata setiap hari dia juga naik bemo yang searah denganku. Sejak saat itu, aku selalu pulang berdua dengannya. Aku dan Azmi juga mengalami banyak kesamaan cara berpikir. Dia menjadi teman dekatku sampai kami sama-sama masuk ke kampus yang sama.

Teman-temanku banyak sekali yang pintar sejak SMP. Sehingga, ketika ada seleksi untuk mengikuti olimpiade, banyak dari mereka yang lulus. Pada suatu saat, di kelas hanya tersisa sebagian siswa. Mayoritas dari mereka mengikuti bimbingan olimpiade.

Hampir semua anak cowok di kelas ikut bimbingan olimpiade. Hanya ada dua cowok yang tersisa di kelas saat itu, yaitu aku dan Albertus. Albertus tidak ikut bimbingan karena dia memang tidak mengikuti seleksi, sedangkan aku sendiri tidak lolos. Saat itu, aku merasa semakin bodoh dan minder.

Sejak SMA, aku suka sekali menonton film sendirian. Tidak jarang aku berjalan ke bioskop sepulang sekolah. Jarak sekolahku dari Mall terdekat tidaklah jauh, hanya sekitar 10 menit dengan berjalan kaki. Pulangnya kadang aku naik bemo atau naik taksi kalau capek.

Aku suka menonton film secara random, baik film Indonesia ataupun film Hollywood. Aku suka menonton film di bioskop karena bagiku membajak film itu tidak baik.

Namun bukan berarti aku tidak pernah nonton film bajakan sama sekali. Waktu itu, ada series drama Jepang yang lagi populer di antara teman sekelas. Judulnya adalah 'One Litre of Tears'. Film tersebut didistribusikan melalui satu flashdisk ke flashdisk lain. Aku suka menonton film itu sendirian di kamar malam-malam sampai menangis. Bahkan suatu saat, ibuku mengira aku menangis karena galau.

Di kelas, kami juga suka menonton film bareng. Jika tidak ada guru, kami sering menggunakan LCD diam-diam. Kami menonton berbagai film, mulai dari film horor Thailand berjudul '4bia' sampai drama romantis berjudul 'Crazy Little Thing Called Love'.

Pada pelajaran komputer, kami juga suka menonton film. Saat itu aku menemukan film yang menjadi film horor favoritku sepanjang masa, yaitu 'Keramat'. Aku juga menonton series drama Jepang yang bertema sekolah yang sangat motivatif, yaitu 'Dragonzakura'.

Selain suka film, aku juga suka menulis. Maka dari itu, aku sangat senang ketika guru Bahasa Indonesiaku memberikan kami tugas membuat esai. Sebelum mengerjakan esaiku, aku mempelajari struktur penulisan salah satu artikel dari majalah yang kutemukan di dalam taxi. Terinspirasi dari artikel tersebut, aku pun membuat artikel dengan ideku sendiri. 

Hasilnya, tidak hanya aku mendapatkan nilai yang sangat bagus, guru Bahasa Indonesiaku sampai mengira aku dibantu oleh seorang kakak atau sosok yang lebih dewasa. Padahal aku anak pertama. Beliau sangat kagum dengan esaiku. Pujian itu membuatku menjadi sangat bangga dan semakin percaya diri dengan kemampuan menulisku. Aku bercita-cita, suatu saat nanti, aku mau menulis sebuah skenario film entah bagaimana caranya.

Setelah melalui semester 3, kami pun punya adik kelas. Aku berusaha menjadi kakak kelas yang baik, terutama kepada adik kelas yang cowok. Aku juga bersikap baik kepada adik kelas yang cewek. Walaupun akhirnya aku jatuh cinta lagi setelah sekian lama. Perempuan itu bernama 'Rahma'.

Dia adalah seorang wanita berkerudung berdarah Sunda. Dia cukup supel dan juga salah satu siswa terbaik di kelas. Namun, kali ini aku memutuskan untuk jatuh cinta diam-diam. Karena dia Islam, aku tidak mau dia pacaran. Aku menarik diri supaya dia tidak perlu jatuh cinta sejak SMA. Aku rela galau sendirian "demi kebaikannya". Walau semua teman dekatku tahu bahwa aku suka dengannya, aku memutuskan untuk menjauhinya. Entah mengapa dulu aku bisa berpikir sedramatis itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unlikely.

Apa Sih Alasan Pasien Dirujuk oleh Dokternya?

Cerita Masa Kecilku 4: Saat Dewasa Nanti | Blog