Catatan Seorang Pengangguran - Blog
Beberapa minggu yang lalu saya resign dari sebuah pekerjaan dengan gaji 10 jutja/bulan. Selain karena tidak nyaman, pekerjaan tersebut membuat saya jauh dari keluarga besar. Saya takut ketika nanti istri hamil dan tidak bersama ibunya, tidak ada yang bisa mengurus istri saya. Saya pun meninggalkan pekerjaan tersebut dan pindah ke kota asal istri saya.
Awalnya, ayah sang istri (mertua) merekomendasikan saya ke
sebuah pemilik bisnis. Karena miskomunikasi antara mertua dan saya, saya kira
saya akan dipekerjakan di bidang manajerial. Ternyata, setelah pindah kota dan
bertemu dengan sang pemilik bisnis, saya jadi tahu bahwa sang pemilik bisnis
ini ingin saya “bermitra” dengannya. Saya ditawarkan untuk menjalankan salah
satu usahanya yang tidak jalan, tanpa gaji tetap. Prospek income per bulan saya
di sana di bawah 5 juta. Karena merasa nominal tersebut tidak cukup untuk
kebutuhan saya dan istri, serta karena saya belum siap mental untuk shifting
menjadi seorang wirausahawan, tawaran tersebut pun terpaksa saya tolak.
Hal yang sangat mengganggu saya bukanlah soal tawaran
pekerjaan tersebut, melainkan sikap mertua saya yang sepertinya rajin sekali
mencarikan saya pekerjaan dari kenalan-kenalannya. Entah mengapa saya kesal
sekali dengan hal tersebut. Ayah saya dulu pun hampir melakukan hal yang sama,
mengenalkan saya ke teman-temannya yang ujung-ujungnya adalah untuk mencarikan
saya pekerjaan. Karena beliau adalah ayah saya sendiri, saya lebih berani untuk
menolak tawaran beliau. Entah mengapa saya sangat benci ketika dua orang
tersebut mencarikan saya pekerjaan. Ada apa ya?
Komentar
Posting Komentar