Masa SMA 2: Menemukan Passion | Blog

Ada beberapa ekstrakulikuler yang kuambil waktu itu. Namun tidak semua ekskul tersebut akhirnya kutekuni karena aku merasa tidak cocok dengan lingkungannya. 

Sedari kecil, ibuku ingin aku nanti menjadi seorang dokter. Ia merasa aku sangat cocok dengan pekerjaan itu karena aku pintar. Aku pun mengikuti ekskul PMR. Namun di sana aku merasa tidak tahu banyak soal medis. Aku pun tidak tertarik, sehingga aku keluar.

Aku juga mengikuti ekskul jurnalistik karena aku suka menulis. Namun di sana, entah mengapa aku juga merasa tidak bisa membaur dengan mereka. 

Aku cukup bisa membaur di ekskul agama Islam. Setidaknya, untuk bener waktu. Mungkin karena saat itu banyak sekali anak baru yang juga ikut bergabung.

Namun ekskul yang paling kusuka adalah tim 'Teater Risalah' atau disingkat 'Tetris'. Di sana, aku merasa seperti menemukan dunia di mana seharusnya aku berada. Aku merasa unik dan spesial. Aku kagum saat belajar bagaimana pembacaan puisi bisa dilakukan dengan cara yang sangat unik dan liar. Aku banyak belajar di sana. Aku bahkan sampai diikutkan lomba kelompok mewakili sekolah untuk melakukan teatrikalisasi puisi. Walaupun tidak menang, aku merasakan pengalaman yang sangat unik dan luar biasa.

Karena aku masuk ke kelas aksel dan hanya bersekolah dua tahun, aku tidak diperbolehkan untuk bergabung menjadi anggota OSIS. Namun aku diperbolehkan untuk menjadi panitia penyambutan anak baru. Saat itu, kami dinamakan 'Perisai'.

Aku cukup bangga menjadi anggota Perisai, walaupun cuma menjadi anggota seksi yang mengurusi makanan. Aku bangga karena seleksi panitia Perisai sangat ketat. Orientasi di Smala juga cukup disiplin dan unik. Kami bahkan punya scarf seragam sendiri berwarna biru yang sangat eksklusif.

Pada suatu hari, guru Bahasa Indonesia kami memberikan tugas kelompok yang cukup menarik. Kami diminta untuk membuat film pendek. Kami diberi waktu beberapa minggu sebelum akhirnya film kami akan diputar di depan kelas.

Waktu itu, aku sekelompok dengan salah seorang cewek yang 'resourceful'. Dia meng-hire sekelompok mahasiswa jurusan film untuk membantu kami. Aku diberi kesempatan untuk menulis naskahnya. Aku sudah lupa ceritanya tentang apa, tetapi genrenya adalah drama romantis. Namun pengalaman paling menarik adalah melihat para mahasiswa ini membuat film secara profesional. Dalam hati kecilku, aku juga ingin menjadi seperti mereka.

Saat itu, aku dan beberapa teman mengikuti bimbel sepulang sekolah karena kami merasa ketinggalan di kelas. Namun di situ aku merasa semakin minder karena, bahkan di antara mereka, aku tetap menjadi yang paling bodoh. Aku tidak bisa mengerti pelajaran apapun.

Aku bahkan masih mencoba move on dari Rieka. Aku merasa sangat murung setiap pulang sekolah. Apalagi karena rumahku sangat jauh waktu itu , sehingga harus menempuh perjalanan yang cukup lama. Aku pulang naik angkotan umum (bemo) dan harus berganti bemo satu kali, lalu harus naik becak sebelum akhirnya sampai ke rumah. Sedangkan, setiap pagi aku diantar oleh ibuku naik mobil.

Kala itu, aku semakin merasa murung dan sedih. Hanya tontonan dari SHINee yang menemaniku di saat sendiri. Aku sering menjadi tempat curhat teman-temanku, tetapi aku tidak berani curhat balik ke mereka. Aku takut aku hanya akan menjadi beban tambahan buat mereka.

Aku pun tidak tahu harus minta tolong ke siapa lagi. Aku bahkan seringkali membawa pisau ke dalam kamar. Dulu, aku tidak tahu harus ke mana untuk bisa bertemu dengan seorang psikolog. Aku berharap jasa psikolog mudah diakses oleh siapa saja dan kapan saja.

Setiap ke toko buku, aku sering sekali membeli buku tentang motivasi dan psikologi umum. Aku ingin mempelajari psikologi dan kepribadian manusia supaya menjadi pribadi yang lebih mudah bergaul. Aku juga suka membaca buku tentang perbedaan laki-laki dan wanita, atau topik apapun yang berhubungan dengan kepribadian.

Aku pun bercita-cita ingin menjadi psikolog supaya bisa menolong orang lain yang sedepresi aku. Aku ingin psikolog menjadi lebih mudah dijangkau di Indonesia. Aku tidak ingin ada orang lain yang merasakan apa yang kurasakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unlikely.

Apa Sih Alasan Pasien Dirujuk oleh Dokternya?

Cerita Masa Kecilku 4: Saat Dewasa Nanti | Blog