Cerita Masa Kecilku 9: Tahun Terbaik Part 2 | Blog

Ironisnya, saat ujian sekolah, aku ditunjuk salah seorang guru (oknum) untuk membagikan jawabanku kepada teman-teman sekelas.

Aku disposisikan untuk duduk di bangku paling depan dan diajari kode-kode untuk menyalurkan jawabanku kepada mereka yang duduk di belakang, bersambung terus sampai yang duduk di bangku paling belakang.

Entah dari mana, kami juga mendapatkan kunci jawaban untuk setiap mata pelajaran yang diujiankan saat ujian nasional. Ada beberapa versi kunci jawaban dan kami tidak tahu yang mana yang benar. Kami diajarkan untuk menyelipkan kunci jawaban tersebut di sebuah penghapus besar supaya bisa dibawa masuk ke ruang ujian.

Walaupun sudah mendapatkan jawaban, aku tetap belajar dengan rajin. Bahkan saat mendekati ujian, aku belajar lebih rajin dari sebelumnya. Namun aku juga tetap mempersiapkan kunci jawaban tersebut untuk dibawa saat ujian.

Pada hari-H, aku yang merasa bahwa nyontek itu tidak baik, akhirnya tidak melaksanakan tugasku dengan baik. Aku tidak membagikan kode jawabanku kepada kelas dengan baik. 

Ada beberapa mata pelajaran yang akhirnya aku mencocokan jawabanku dengan kunci jawaban yang kupunya. Ada beberapa jawaban yang berbeda, tetapi aku tetap percaya sama jawabanku sendiri. Namun tidak kupungkiri, ada beberapa soal yang tidak bisa kujawab, sehingga aku mengambil jawaban dari kunci jawaban yang kusembunyikan.

Ujian pun selesai. Kami melakukan perpisahan di Bali. Aku masih ingat kami menyebrang menggunakan kapal feri. Dari Surabaya, kami berangkat dengan bis. Aku membeli topi adat Bali di sana. Ada beberapa teman yang membuat tatto kontemporer. Kami juga sempat bermain di pantai. 

Aku ditantang oleh salah satu teman untuk mengajak ngobrol bule Jepang di sana. Saat kusapa wanita Asia ini dengan Bahasa Inggris, eh ternyata dia orang Indonesia. Aku jadi malu. 

Malamnya, kami mengadakan pentas antar kelas. Aku lupa apa yang kelasku lakukan, tetapi malam itu aku didandani seperti banci. Malam tersebut cukup meriah dan menyenangkan.

Selama perjalanan, aku berfoto-foto dengan semua temanku dari kelas 7 sampai kelas 9. Pulangnya, aku ditemani oleh lagu-lagu D'masiv sambil melihat langit malam dari balik jendela bus.

Beberapa minggu kemudian, hasil ujian nasional pun ditempel di mading sekolah. Aku mendapatkan nilai 10 terbaik di sekolah. Sejujurnya aku sangat bangga karena aku mendapatkan hasil ini karena aku rajin belajar. Jika hanya dengan kunci jawaban, aku tidak akan mendapatkan nilai lebih tinggi dari teman-temanku.

Dengan nilai itulah, akhirnya aku bisa diterima di SMA Negeri terbaik se-Kota Surabaya, yaitu SMA Negeri 5 Surabaya. Aku bahkan diterima di SMA Negeri terbaik se-Kabupaten Sidoarjo, yaitu SMA Negeri 1 Sidoarjo, yang tidak kuambil karena aku memilih untuk bersekolah di Surabaya.

Karena sombong, aku mengikuti tes masuk kelas terbaik di sekolah tersebut, yaitu kelas akselerasi. Di kelas ini, kami hanya perlu menempuh pendidikan 2 tahun alih-alih 3 tahun. Karena keteguhan hati dan kepercayaan diri, terutama ketika diinterview, akhirnya aku pun diterima di kelas tersebut. Kelas yang berisi anak-anak jenius di sekolah terbaik di Kota Surabaya. Aku merasakan kemenangan yang sudah lama tidak kurasakan sejak SD dulu.

Pada suatu hari, aku berjalan di lorong SMA 5. Saat itu waktunya jam istirahat. Banyak anak keluar kelas sambil sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Tiba-tiba ada seorang perempuan yang menyapaku. Dia adalah Regina, teman sekelasku saat kelas 9. Aku baru tahu ternyata dia juga diterima di sekolah ini. Kami pun bercakap-cakap sampai bel masuk berbunyi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unlikely.

Apa Sih Alasan Pasien Dirujuk oleh Dokternya?

Cerita Masa Kecilku 4: Saat Dewasa Nanti | Blog