Cerita Masa Kecilku 8: Tahun Terbaik Part 1 | Blog
Saat naik ke kelas 9, aku dijodoh-jodohkan dengan seorang teman sekelas yang namanya Fani. Dia cukup manis, berkacamata, pemalu, dan wajahnya agak jerawatan. Aku pun suka sama dia, tetapi seperti biasa, aku memutuskan untuk tidak berbuat apa-apa.
Sebenarnya, ada cewek lain yang lebih kusuka, namanya Tika. Dia lebih pendek, rambutnya juga agak pendek, dan agak terkesan tomboy. Dia duduk sebangku dengan seorang presenter TV cilik, bernama Nadia. Aku suka mengagumi Tika dari jauh.
Aku duduk sebangku dengan teman baikku saat kelas 7, yaitu Aldo. Dia sering di-bully di kelas karena berketurunan Chinese. Duduk di depan kami ada dua cewek tinggi, yang salah satunya bernama Regina. Dia adalah cewek yang dianggap paling cantik di kelas. Sedangkan di belakang kami duduk dua cowok yang tidak terlalu populer di kelas. Satunya adalah cowok berkacamata dan satunya lagi cowok yang agak melambai bernama Dani.
Sedari SD, aku cukup senang untuk tampil di atas panggung. Pada suatu hari, guru kesenian kami mengadakan ujian menyanyi. Kami dipersilahkan menyanyikam lagu apa saja. Saat itu, aku berlatih lagu ST12 yang berjudul 'Biarkan Aku Jatuh Cinta'.
Pada hari-H, kami sekelas dikumpulkan di sebuah hall. Saat giliranku tiba, laguku diputar keras sekali dari speaker. Suaraku saat menyanyi tidak bisa mengalahkan suara speaker tersebut. Aku merasa aku tampil kurang maksimal.
Namun aku senang ketika pada pelajaran bahasa Indonesia. Kami diminta untuk menulis sebuah cerpen. Aku cukup punya banyak ide untuk menulis satu cerita pendek, dibandingkan anak cowok lain yang jarang menulis dan membaca.
Nilaiku saat itu juga cenderung bagus. Di sekolahku, setiap pagi kami tidak langsung masuk ke kelas masing-masing. Namun kami masuk ke kelas tambahan sesuai dengan rangking try out bulanan kami. Karena nilaiku selalu tinggi, aku selalu masuk kelas 9-1. Selama setahun penuh, jarang sekali aku tidak masuk kelas teratas. Berbeda ketika pada saat kelas 7 dan 8 dulu ketika nilaiku tidak konsisten.
Semakin mendekati ujian nasional, aku semakin rajin belajar. Aku mendisiplinkan diri, untuk pertama kalinya seumur hidupku, aku mengerjakan soal-soal latihan setiap sepulang sekolah. Aku melakukannya bahkan sebelum masuk masa persiapan ujian nasional. Aku bertekad untuk mengembalikan kesuksesan yang pernah kuraih saat SD dulu.
Anak-anak yang kuanggap lebih pintar dariku lebih banyak berasal dari kelas yang berbeda. Anak-anak di kelasku lebih sering bermain gitar di kelas. Salah satu lagu yang paling berkesan saat itu adalah lagu Dewa 19 - Pupus. Aku merasa lagu itu sangat menggambarkan suasana hatiku setiap kali aku suka sama seseorang.
Pada suatu hari, saat ujian berlangsung, aku melihat teman-temanku menyontek semua. Waktu itu aku kesal sekali karena seringkali mereka mendapatkan nilai lebih bagus. Aku pun memutuskan untuk menyontek juga. Aku mengintip melihat buku dari loker meja. Aku menyontek untuk pertama kalinya seumur hidupku.
Saat ujian berakhir, aku dan salah seorang anak dipanggil oleh guru yang mengawasi ujian. Kami ketahuan telah menyontek. Anak tersebut menyontek karena dia merasa tidak pintar, tetapi aku bilang ke guruku bahwa aku menyontek karena tidak mau kalah sama teman-teman yang menyontek. Aku pun dinasihati bahwa jawabanku akan lebih berharga ketika aku tidak menyontek, walaupun hasilnya tidak sempurna.
Hari itu aku belajar bahwa aku tidak mahir menyontek.
(bersambung)
Komentar
Posting Komentar