Cerita Masa Kecilku 4: Saat Dewasa Nanti | Blog

Semenjak aku bersekolah di SD Al-Falah Tropodo Darussalam, aku selalu ranking satu di kelas. Pelajaran favoritku waktu itu adalah Matematika dan Bahasa Indonesia. Aku juga suka pelajaran IPA dan Bahasa Inggris. Secara teori, nilai pelajaran Agamaku cukup bagus walaupun aku tidak mempraktekkannya di rumah. Karena ibuku orang Sulawesi, kami jarang berbicara bahasa Jawa di rumah. Namun walaupun aku asing dengan bahasa Jawa, nilaiku secara teori pun tidak buruk.

Aku tidak terlalu mahir pada pelajaran kesenian. Aku sempat dileskan menggambar dan sempat menang lomba menggambar juga juara 3. Namun bakatku tidak terasah di sana. Aku juga tidak bisa memainkan alat musik sama sekali, terutama karena waktu itu aku tidak tertarik.

Aku juga tidak terlalu baik pada pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Aku tidak terlalu pintar dalam menyerap ilmu geografi, sejarah, dan ilmu sosial.

Walaupun begitu, aku merupakan murid yang serius ketika sedang mendengarkan guru mengajar di kelas. Tidak jarang pada saat jam istirahat, aku pergi ke perpustakaan untuk membaca. Aku suka membaca buku-buku yang ada gambarnya, salah satunya adalah kisah-kisah para penemu.

Dari berbagai mata pelajaran, satu yang paling tidak kukuasai, yaitu olahraga.

Anak di kelasku bisa dibagi menjadi dua tipe, yaitu yang pada jam istirahat bermain bola dan yang tidak bermain bola. Aku dan beberapa anak lain tidak bermain bola karena skill kami memang tidak terlalu bagus. Kami kesal karena kami merasa direndahkan. Padahal, kami juga ingin ikut bermain. Pada saat itu, sekolah kami hanya punya satu lapangan sehingga kami tidak punya kesempatan untuk ikut bermain.

Pada suatu hari, aku membeli bola plastik sendiri untuk dipakai oleh anak-anak yang dikesampingkan ini. Kami bermain di taman bermain, di antara luncuran dan jungkat-jungkit, karena lapangan bolanya dipakai. Kami pun membalaskan dendam dengan bermain sendiri, walaupun skill kami sangat begitu buruk.

Namun, suatu saat bola kami diambil dan dipakai sama mereka yang skill nya jago. Entah mereka sengaja melakukannya atau tidak. Sewaktu itu, aku sangat kesal dan dendam dengan anak-anak ini. Aku pun semakin benci dengan olahraga, terutama sepak bola.

Pada pelajaran olahraga pun, skill ku buruk. Aku tidak pandai bermain bola, kasti, bulu tangkis, basket, bahkan berlari. Aku benci olahraga karena aku merasa kalah dan tidak berdaya. Aku tidak terima karena aku punya kekurangan.

Aku bahkan sampai ikut ekstrakurikuler pencak silat. Namun, karena kesalahan gerakan, kaki sampai tergores aspal sehingga harus dioperasi.

Aku sempat ikut bulu tangkis rutin bersama teman-teman yang tersingkirkan saat sepak bola. Namun aku tidak tertarik untuk melanjutkan. Aku bahkan sempat drama banget ketika dibelikan raket yang mahal oleh orang tua. Aku marah karena aku merasa skill ku tidak sebaik itu sampai aku butuh raket yang mahal.

Olahraga yang kubisa waktu itu adalah bersepeda dan berenang. Aku mengikuti les renang sampai bisa satu gaya renang, yaitu gaya katak.

Secara umum, semasa SD aku mempunyai fisik yang lemah, mudah sakit, dan cenderung ceroboh. Aku seringkali merasa lemas ketika apel pagi, sampai dibawa ke UKS. 

Namun soal pelajaran, tidak ada yang mengalahkanku. Aku ranking 1 berturut-turut sampai lulus. Aku mengikuti banyak les sepulanh sekolah, termasuk les aritmatika dan bahasa Inggris. Pada saat les, seringkali aku naksir diam-diam dengan seorang cewek. Berpindah tempat les, berganti pula siapa yang kutaksir. Namun karena aku pemalu, aku tidak berani mendekatinya.

Aku pernah suka sama cewek di tempat les yang ternyata tinggal di satu perumahan yang sama denganku. Namanya Benedikta. Diam-diam setiap sore, aku sering sekali bersepeda melewati rumahnya sambil berkhayal kalau saja kami bisa berkenalan. Namun dia tidak pernah terlihat keluar dari rumah tersebut. Aku pun tidak pernah berhenti dan mampir ke rumahnya.

Dulu, aku paling suka makan pakai kerupuk. Sehingga aku sering berjalan sendiri ke toko kelontong untuk membeli kerupuk. Di tengah perjalanan, aku berkhayal, kira-kira seperti apa rupaku di masa depan. Apakah aku akan lebih tampan? Apakah aku akan lebih tinggi, memakai kemeja rapi berwarna biru muda dengan rambut klimis? Apakah aku lebih percaya diri saat mendekati perempuan? Pada waktu itu, aku berharap bahwa suatu saat nanti aku akan lebih percaya diri dibandingkan aku saat itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog