Cerita Masa Kecilku 1: Naksir Cewek Pertama | Blog


Aku lahir pada tanggal 22 Mei 1995 di Surabaya sekitar pukul 3 sore. Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ayahku orang asli Jawa Timur. Dia bekerja di Surabaya. Sejujurnya, aku tidak dekat dengannya, sehingga aku tidak tahu banyak tentang masa kecilnya. Ibuku sendiri anak bungsu dari 7 bersaudara. Dia asli orang Makassar, Sulawesi Selatan. 

Mereka berdua bertemu di Makassar, tepatnya di tempat kerja. Ayahku adalah seorang manajer di sebuah perusahaan perkayuan swasta, sedangkan ibuku seketarisnya. Ayahku naksir dengan ibuku duluan. Ia pernah memberikan ibuku hadiah, yaitu sebuah gelas. 

Tanpa pacaran, ayahku datang menemui nenekku untuk melamarnya. Kalau tidak salah, ibuku baru saja putus dari pasangannya yang sudah lama berpacaran dari SMA. Ibuku pun mengiyakan lamaran ayahku karena merasa ayahku merupakan sosok yang baik dan pekerja keras. 

Setelah mereka menikah, ayahku diperlakukan tidak adil oleh bosnya, sehingga ia terpaksa pindah bekerja di Surabaya. Ibuku ikut merantau dengan kondisi tidak punya saudara ataupun kenalan satu pun di kota tersebut.

Pada saat masih kecil, aku terkenal pendiam dan tidak pernah rewel. Walaupun begitu, aku suka pilih-pilih makanan. Hampir seminggu sekali aku harus dibawa ke McDonald supaya mau makan. Setiap dari sana, aku membeli paket 'Happy Meals' dan membawa mainan ke rumah.

Aku mulai bersekolah di PG dan TK Al-Firdaus. Semasa masih PG, aku sering banget dititipkan di sekolah sampai sore. Pada saat itu, aku tidak rewel. 

Saat masuk TK, aku suka sekali membawa bekal indomie dalam Tupperware. Setiap jam istirahat, indomie tersebut menjadi dingin dan kaku, sehingga aku meminta guruku untuk memotong-motongnya. Aku melakukan hal tersebut hampir setiap jam istirahat. 

Ibuku pernah dipanggil oleh guru karena katanya aku nakal. Waktu itu, teman-temanku yang cowok melempari teman-teman yang cewek dengan pasir. Aku sadar bahwa hal itu adalah hal yang salah, tetapi aku penasaran. Ketika anak-anak yang lain melempar pasir berkali-kali, aku hanya mencoba melempar sekali. Sayangnya, lemparan tersebut tepat mengenai mata salah satu anak cewek di sana. Entah bagaimana ceritanya, aku ketahuan oleh guru, sampai akhirnya ibuku dipanggil ke sekolah.

Aku punya seorang sahabat cowok yang bernama Aswin. Selain sekelas, dia tinggal di depan rumahku. Pada saat itu, aku sangat sering main ke rumahnya. Kami senang membaca majalah edukasi bersama. Aku mampir berkali-kali di sana. 

Pada suatu hari, Aswin diantar sama pembantunya untuk main ke rumahku untuk pertama kalinya. Aku melihatnya berjalan ke rumahku dari balik jendela. Entah ada setan apa, tiba-tiba moodku jelek. Aku pun sengaja menutup pintu depan rumahku. Hal itu membuat Aswin dan pembantunya pulang kembali. Sejak saat itu, aku tidak lagi berteman dengannya. Bahkan aku tidak mempunyai teman siapapun di komplek tersebut.

Sejak TK, aku relatif cukup rajin mengerjakan PR, walaupun harus ditemani oleh ibu. Aku juga bisa berhitung dari satu sampai seratus. Padahal belum diajari. Aku dulu juga sangat suka bermain puzzle.

Setiap pulang sekolah, aku diantar pulang dengan mobil antar-jemput bersama anak-anak TK lainnya. Di mobil tersebut, ada satu cewek yang aku suka. Cewek tersebut cantik, kurus, dan kulitnya relatif putih. Kalau tidak salah, namanya 'Putri'. Namun aku tidak pernah menembaknya karena malu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unlikely.

Apa Sih Alasan Pasien Dirujuk oleh Dokternya?

Cerita Masa Kecilku 4: Saat Dewasa Nanti | Blog