Menjawab Malaka Project | OPINI


'Malaka Project', sebuah kanal youtube yang diusung oleh Ferry Irwandi dan kawan-kawan, mengajukan pertanyaan menarik untuk dijawab oleh mahasiswa S1 di seluruh Indonesia. Pertanyaan tersebut dijabarkan sebagai berikut:

"Buat satu video berdurasi 1-2 menit!

Menurutmu, apa nilai-nilai, tradisi, atau cara pikir yang dibudayakan/ditanamkan dalam diri masyarakat Indonesia yang menghambat perkembangan atau menyebabkan masalah dalam hidup kita?

Jelaskan juga:
(1) Bagaimana itu menghambat perkembangan atau menimbulkan masalah dalam hidup kita?
(2) Apa solusi terbaiknya atau bagaimana cara memperbaiki ini?"

Saya ingin mencoba menjawab pertanyaan ini, tetapi dengan SANGAT singkat, seolah-olah jawaban ini dibacakan dalam sebuah video berdurasi singkat seperti yang mereka harapkan.

Berikut jawaban saya:

"Menurut saya ada 3 nilai-nilai yang telah membudaya dan menghambat perkembangan Indonesia, yaitu:
1. Sifat Diskriminatif dan Sulit Menghargai
2. Kebiasaan untuk Tidak Taat Peraturan
3. Terlupakannya Kemiskinan dan Kesejahteraan yang Tidak Merata

Berikut penjelasannnya!

1. Sifat Diskriminatif dan Sulit Menghargai 
Indonesia terkenal paling suka membeda-bedakan orang lain, entah dari sukunya, warna kulitnya, cara bicaranya, rasnya, garis keturunannya, agamanya, pakaianmya, pekerjaannya, jabatannya, umurnya, sampai jenis kelaminnya. Bagi orang Indonesia, perbedaan membuat pihak lain lebih rendah, boleh ditertawakan, bahkan ditindas. Sulit untuk menanamkan prinsip di Indonesia bahwa setiap manusia itu setara. Orang Indonesia lebih cenderung suka sungkan dan minder, tetapi tidak bisa saling menghargai satu sama lain.

2. Kebiasaan untuk Tidak Taat Peraturan
Warga Indonesia bangga jika mereka melanggar peraturan. Bagi mereka "Peraturan ada untuk dilanggar". Jika tidak terlihat penegak hukum, orang Indonesia bisa dipastikan akan melanggar. Negara Indonesia masih belum bisa mengerti mengapa apa pentingnya dibuat tatanan, peraturan, dan hukum yang jelas dan tegas dalam kehidupan masyarakat yang beragam. Orang Indonesia lebih suka menggunakan logika mereka masing-masing yang belum tentu benar dan norma-norma masyarakat yang tidak tertulis. Sedangkan aparat penegak hukum pun banyak yang corrupt, serta tidak kreatif dalam mengatasi masalah seperti ini. Jangankan memberantas korupsi, membuang sampah saja masih sembarangan.

3. Terlupakannya Kemiskinan dan Kesejahteraan yang Tidak Merata
Harga Rupiah jauh di bawah dollar. Pendapatan per kapita orang Indonesia rendah. Banyak orang yang pendapatan per bulannya tidak dapat memenuhi kebutuhannya, di samping masih banyak yang belum mencapai upah minimum. Sedangkan harga-harga semakin naik, menyamai standar kekayaan yang tidak merata di Indonesia. Kemiskinan di Indonesia membuat warganya semakin pemarah, suka melakukan hal-hal bodoh, termasuk korupsi dan kriminalitas lainnya. Kesejahteraan hanya bisa dirasakan oleh sebagian orang saja.

Solusi dari masalah di atas bisa beragam, mulai dari berbagai proyek maupun melalui kebijakan-kebijakan.

Namun hal paling sederhana yang bisa kita lakukan sederhana adalah dengan menjadi role model. Dengan menjadi teladan yang baik, kita bisa menginspirasi orang lain untuk menjadi baik pula. Satu orang baik, dapat saling mempengaruhi orang baik lainnya.

Jika kita bisa menormalisasi kebaikan di Indonesia, maka satu per satu, masalah-masalah yang ada di Indonesia pun bisa terselesaikan. Orang jahat yang berkuasa bisa kalah, jika orang baik bergerak bersama dan tidak bungkam.

Kurang lebih begitu jawaban saya atas pertanyaan yang diajukan oleh Malaka Project. Salam perjuangan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog