Kunci dari Kesenjangan Kesejahteraan 3: Perencanaan Safety Net | OPINI
Kunci dari Kesenjangan Kesejahteraan 3: Perencanaan Safety Net
oleh Dika
Terdapat kesenjangan di kesejahteraan sosial di Indonesia hari ini dan kesenjangan tersebut sangat besar. Sangat jauh.
Menurut saya, ada beberapa hal yang bisa menjadi solusi, yaitu:
1. Peningkatan dan Pemerataan UMR, UMP, dan UMK
2. Revolusi Mental Orang Tua dalam Menentukan Karir Anaknya
3. Pembinaan dan Pembekalan Pelajar dalam Perencanaan Pekerjaan sebagai Penghasilan Utama/Safety Net
4. Kerja Sama Universitas dan Pemberi Pekerjaan untuk Memastikan Satu Orang Fresh-Graduate begitu lulus mendapatkan Satu Kontrak Kerja
5. Sosialisasi Budaya ke Psikolog/Psikiater ke Masyarakat serta Peningkatan Kualitas maupun Kuantitas Psikolog/Psikiater
Kali ini kita akan membahas poin nomor 3. Baca artikel lainnya untuk penjelasan mengenai solusi-solusi yang lain!
Istilah 'safety net' dalam konteks pencarian kerja bisa diartikan sebagai sebuah pekerjaan stabil yang cukup untuk menghidupi kebutuhan pokok kita.
Pekerjaan safety net ini bisa dilihat dari berbagai konteks, yaitu dari segi besarnya gaji, lokasi pekerjaan, maupun bidang yang dikerjakan. Namun utamanya, safety net merujuk kepada pekerjaan dengan upah yang stabil dan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Safety net bisa diartikan bahwa, ketika kita sudah mempunyai pekerjaan utama dan kita mau mencoba pekerjaan/hobi/pengalaman/bisnis lain, kemudian kita gagal, setidaknya kita masih punya pekerjaan safety net yang masih dapat menghidupi kita.
Safety net juga merupakan pekerjaan yang relatif mudah didapatkan, walaupun kondisi pekerjaannya seringkali tidak ideal.
Mempunyai safety net sangatlah berguna bagi seseorang di awal karirnya. Di satu sisi, masih banyak lulusan sederajat S1 ke bawah yang masih menganggur di Indonesia. Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini terjadi adalah ketika mereka masih menempuh pendidikan, mereka masih belum tahu mau melakukan apa setelah lulus.
Mereka yang siap berkarir ini sebaiknya sudah punya rencana mau bekerja di mana begitu lulus, setidaknya mencari pekerjaan sebagai safety net pertama mereka. Hal ini berguna sebelum mereka terlalu ambisius untuk mengejar yang lebih tinggi, tetapi kemampuan dan kondisi mereka belum mumpuni.
Jika setiap pelajar ataupun mahasiswa sudah tahu safety net apa yang akan mereka kejar, maka harapannya angka pengangguran akan berkurang. Pekerjaan safety net ini pun tidak perlu sesuai dengan jurusan mereka, tetapi hanya sekedar supaya mereka tidak menganggur tanpa alasan yang baik.
Pencarian, riset, serta perencanaan untuk mencari pekerjaan safety net ini sebaiknya dibuat sedetail mungkin dan serealistis mungkin, dengan begitu apa yang sudah diharapakan akan dapat segera terlaksanana dengan baik setelah lulus. Selain itu, jika memang perlu persiapan, maka hal-hal yang diperlukan bisa disiapkan sedini mungkin.
Sebagai orang dewasa, seringkali kita lebih memahami pentingnya hal seperti ini dibandingkan seorang anak yang masih berusia belia. Bukannya karena kita meremehkan mereka, lantas kita mengarahkan dan bahkan memaksakan kehendak kita, melainkan sebenarnya mereka hanya butuh dibimbing. Program bimbingan pembinaan dan pembekalan pelajar dan mahasiswa dalam perencanaan pencarian pekerjaan sebagai penghasilan utama atau safety net ini pun perlu dilakukan. Jika program ini dapat masuk sebagai kurikulum maupun kegiatan ekstrakulikuler di sekolah-sekolah dan kampus-kampus, maka anak-anak kita siap untuk bekerja begitu mereka lulus.
Hal yang perlu diingat dalam melakukan bimbingan ini adalah kesadaran para pembimbing untuk tidak mendikte dan menekan mereka untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan jati diri mereka, melainkan mengajarkan, memberikan wawasan, memperinci rencana mereka, serta secara umum membimbing mereka, bukan memaksakan.
Jika hal ini dapat dilakukan secara merata di seluruh Indonesia, bisa dipastikan angka pengangguran bisa berkurang. Bukan hanya kita mempersiapkan soft skill dan hard skill yang mereka butuhkan untuk bersaing, tetapi juga untuk berpikir realistis sekaligus tetap idealis di Indonesia yang sedang krisis akibat terlalu banyaknya fresh graduate yang menjadi pengangguran.
Komentar
Posting Komentar