Prabowo Menang Survei dan Prediksi Cara Memenangkan Pemilu 2024 | Opini

Berdasarkan survei capres terbaru (Agustus 2024), suara Prabowo menduduki posisi tertinggi saat ini. Diikuti oleh Anies lalu Ganjar yang keduanya tidak saling jauh jaraknya. Apakah Prabowo benar-benar akan menang?

Jika kondisi ini stabil, maka kemenangan Prabowo ini adalah hasil gambling Gerindra (karena Prabowonya sendiri awalnya ragu) untuk tetap mencalonkan beliau, terutama setelah bekerja di kabinet Jokowi. 

Menurut saya kemenangannyan kali ini disebabkan karena Prabowo telah menggaet separuh suara yang dia dapatkan pada pemilu sebelumnya. Selain itu, juga karena dia telah rekonsiliasi dengan pihak Jokowi, serta telah jelas menyatakan bahwa dia akan meneruskan perjuangan Jokowi. Makanya Prabowo dapat menggaet mayoritas suara di Indonesia.

PDIP kali ini harus mengalah karena toh Ganjar sepertinya memang tidak mendapat dukungan penuh dari partai (terutama dari Megawati) karena bukan Puan Maharani alias bukan anaknya yang menjadi capres dari PDIP. Walaupun sepertinya sekarang Ganjar memang belum mengeluarkan senjata utamanya. Dia masih bersih-bersih masalah di masa lalu sambil membangun pondasi citra sebagai politisi yang dekat dengan rakyat. Masih hal tersebut yang bisa dilihat oleh publik.

Partai Nasdem dan Anies Baswedan pun memanfaatkan pemilu kali ini hanya sebagai "latihan" sekaligus wadah publikasi, sehingga dapat dijadikan batu loncatan untuk mendapatkan dukungan di kesempatan selanjutnya; entah itu pemilu 2029 ataupun event-event politik lainnya.

"But it's never the end until it's really the end." Saya yakin kandidat lainnya masih bisa merubah kondisi ini. Di satu sisi, Prabowo pun bisa berinvestasi jangka panjang dengan melanjaga kemenangan ini sampai ke pemilu 2024.

Apa cara yang bisa diambil Anies dan Ganjar untuk mengalahkan Prabowo? Menurut saya, mereka harus bisa mencari topik yang akan mengambil suara mayoritas. Topik tersebut harus "viral"; atau bahkan sampai melekat menjadi brand mereka, sehingga menjadi satu hal penentu yang dipakai oleh rakyat untuk mendukung siapa.

Hal ini tentunya susah-susah gampang. Susah karena tidak semua topik bisa cukup penting bagi seseorang untuk menentukan pilihan. Jika salah satu mengatakan bahwa mereka akan 'memberantas korupsi', sepertinya hal tersebut hanya akan menjadi angin lalu misalnya. Lain hal ketika dia mengatakan hal yang lebih spesifik, seperti 'saya akan memberikan dana tambahan 1 triliun ke KPK' atau 'Si A harus dihakimi atas tuduhan blablabla' dan sebagainya.

Dan sebenarnya gampang juga karena orang Indonesia juga justru bisa tergerak walaupun orang lain yang dibela, contohnya jika seorang capres mengatakan akan fokus menyejahterakan Papua, bisa jadi orang Jawa justru akan bisa lebih tergerak dibandingkan jika sang capres bilang akan menyejahterakan Jawa. Susah-susah gampang karena harus tahu pihak yang mana yang perlu 'ditolong' dan pihak mana yang akan ikut 'terpengaruh'.

Namun kampanye paling mudah dan paling kuat tentunya adalah politik identitas. Sayangnya, memang masih banyak sekali orang Indonesia yang masih (atau bahkan hanya) bisa digerakkan dengan hal tersebut. Prediksi saya, politik identitaslah yang akan menentukan pemilu 2024, terutama terhadap golongan ini: "Islam".

Orang Islam di Indonesia bukan hanya banyak, tetapi mereka cenderung sangat mempertimbangkan agama dalam memberikan dukungan. Hal ini terutama berlaku kepada orang-orang tua yang tidak aktif mengikuti perkembangan politik, serta kalangan non-metropolitan dan penduduk desa. Uniknya, hal ini juga mempengaruhi orang Islam yang tidak terlalu "Islami". Dan karena Islam adalah mayoritas di Indonesia (di atas 90%), maka suara mereka akan sangat menentukan.

Dalam Islam ada ajaran (cmiiw) bahwa dalam memilih pemimpin, pilihlah yang paling bagus agamanya/yang paling dekat dengan agama. Jika tidak ada pilihan yang baik, maka pilihlah yang terbaik dari yang pilihan-pilihan buruk. Secara prinsip, tentunya hal ini sangat masuk akal. Masalahnya, segala hal di dunia ini bisa dimanipulasi demi politik, termasuk agama.

Takutnya, tim sukses para capres akan menggunakan kesempatan ini untuk membuat masyarakat kebingungan dan tidak mudah percaya (sehingga semua kandidat tampak buruk). Kemudian di penghujung kampanye ketika sudah dekat dengan pemilu, maka capres yang dapat mengambil suara Islam-lah yang akan menang. 

Strategi mungkin tidak hanya berlaku kepada swing voters. Namun karena memang berbeda dengan 2 pemilu sebelumnya yang lebih berat ke pihak Jokowi, kali ini terdapat lebih banyak swing voters di antara kita.

Prediksi saya lagi, pemilihan cawapres akan sangat menentukan kondisi kampanye pemilu kali ini. Siapa yang paling "hijau", dialah yang akan menang.

Tapi kira-kira siapa kandidat cawapres yang hijau ya? Saya hanya terpikirkan Sandiaga Uno dan Cak Imin sampai saat ini. Namun kok sepertinya keduanya pun kurang "hijau". Mungkin para capres harus menggaet sosok ustadz dengan jenggot putih panjang dan usia yang tua agar bisa menang. Mungkin ya....

Dari sini juga, saya melihat bahwa kemungkinan kolaborasi capres cawapres Prabowo dan Ganjar (ataupun sebaliknya) tidak akan terlalu signifikan, terutama jika nantinya Anies menggandeng cawapres hijau dan memainkan isu hijau secara tepat.

Strategi menggaet suara Islam ini pun justru bisa dilakukan sedini mungkin, kemudian dievaluasi apakah berhasil atau tidak. Semakin cepat dilakukan, keuntungannya adalah semakin banyak waktu menyebarluaskan hal tersebut sampai ke para voters. Rakyat pun jadi punya lebih banyak waktu untuk "diyakinkan" untuk memilih kandidat yang "Islami".

Walaupun jika berhasil, siap-siap kandidat lain bisa sejak dini pula mencari cara untuk merebut kembali suara tersebut. Itupun kemungkinan kecil ada strategi lain yang lebih efektif dari ini, selain black campaign. Jika strategi menggaet suara "Islam" secara dini ini gagal, justru bagus karena mereka bisa cepat-cepat mencari alternatif strategi lain.

Menurut saya, sepertinya suara "Islam" ini memang sama hebatnya dan setara dengan isu 'rasisme dan kesetaraan' jika di Amerika Serikat. Setiap negara punya kondisi politiknya masing-masing, tapi semua pemain politik kurang lebih mempunyai permainan yang sama.

Namun karena itu pula, kita dibuat pesimis dan ragu dengan kualitas capres-capres yang ada; yang mana keragu-raguan kita ini bisa dimanfaatkan oleh para tim sukses.

Tentunya semua hal ini hanyalah prediksi dan opini saya. Kita lihat saja, apakah politik identitas akan jadi penentu utama pemilu 2024 atau tidak. Namun karena ketiga kandidat ini tidak terlalu berat sebelah, sepertinya memang kartu hijau harus disiapkan sebagai kartu As.

Kita. Lihat. Saja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog