Korban Passion | Blog


Aku merasa aku adalah korban passion.

Pertama kali aku mengenal konsep passion adalah dari penulis-penulis buku dari generasi X, satu tingkatan di atasku.

Mereka datang membawa konsep baru bahwa pencapaian tertinggi dalam karir bukan ketika kita dapat menghasilkan uang sebanyak-banyaknya, ataupun ketika kita mendapatkan jabatan setinggi-tingginya, melainkan ketika pekerjaan kita sesuai dengan apa yang kita suka.

Passion dipercaya merupakan panggilan jiwa yang dimiliki setiap orang. Passion adalah minat/interest seseorang terhadap suatu bidang. Katanya, jika kita bekerja sesuai passion kita, baru kita akan merasa bahagia (fulfilled). Sebaliknya, banyak orang yang menghabiskan waktunya bekerja dan mencari uang, tetapi baru ketika sudah usia senja dia sadar bahwa selama ini dia belum merasa bahagia dari pekerjaannya.

Passion pun lebih condong berbicara soal 'karir' dibandingkan 'pekerjaan'. Orang yang passion-nya pendongeng, bisa memilih 'karir' di dunia jurnalisme dan memulai perjalanannya dengan pekerjaan sebagai 'admin sosial media'.

Intinya, kalau mau bahagia, pilihlah karir yang sesuai passion-mu.

Dan aku termakan omongan manis tersebut.

Aku merasa konsep passion ini tidak terlalu ideal. Ada beberapa dampak negatif spesifik yang muncul karena konsep ini. Salah satunya adalah kita menjadi sosok yang pemalas, tidak mau bekerja keras, tidak tergerak untuk menghasilkan banyak uang, terlalu pemiilh dalam bekerja, serta menjadi terlalu idealis.

Karena fokusnya adalah mengejar passion, kita memang menjadi ambisius demi bisa mendapatkan pekerjaan di jalur karir yang kita inginkan. Namun ketika kita sudah berada dalam karir yang tepat, kita tidak terpicu lagi untuk mengejar yang lebih tinggi. Jadi justru standar kesuksesannya rendah banget, hanya sekedar mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan jalur karir yang diinginkan. Targetnya bukan mendapatkan penghasilan dan jabatan setinggi-tingginya.

Selain malas, bekerja sesuai passion juga membuat kita menjadi pemilih.

Tahu apa tujuan kita dan fokus terhadap tujuan tersebut memang bagus. Tetapi terkadang hidup itu tidak seindah yang kita kira dan kita harus beradaptasi. Terkadang keluarga kita butuh uang lebih dan kita harus bekerja di luar dari jalur karir kita. Terkadang kita tidak langsung mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan, tetapi bukan berarti kita bisa menganggur dan tidak bekerja sama sekali.

Ironis, karena passion justru membunuh api semangat yang ada di dalam diri kita.

Passion membuat kita bahagia, iya. Karena pekerjaan yang sesuai dengan passion adalah zona nyaman. Konsep passion memang menjadikan pekerjaan yang tidak terasa berat, tetapi passion juga membuat kita menghindari perkejaan apapun yang berat.

Intinya, passion memang sebaiknya jangan didewakan. Passion tidak selalu benar dan ada saatnya justru mengikuti passion itu salah.

Tapi sebagai seorang yang sudah terperangkap mindset soal passion seperti ini, rasanya susah juga untuk keluar....

Butuh waktu lama bagiku untuk sadar bahwa passion  adalah perangkap. Yah, tapi setidaknya ini adalah langkah awal yang bagus. Sekarang saatnya untuk mempertimbangkan ulang soal karir dan pekerjaanku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog