Perempuan Tanpa Nama

Hai, Perempuan Tanpa Nama.

Aku sedang menunggu kapan kita akan bertemu. Kapan Tuhan akan memperkenalkanmu padaku. Kapan datang waktu ketika akhirnya aku tahu kamulah yang selama ini diciptakan untukku.

Terima kasih sudah menungguku sampai detik ini. Terima kasih telah mau mencintaiku suatu saat nanti. Terima kasih karena kau akan menjadi orang yang bisa membuatku bahagia. Kalimat terakhir barusan tidak remeh, karena tidak banyak orang ini di dunia ini yang bisa membuatku bahagia. Apalagi jika kau pun bisa meluluhkan hatiku yang tidak mudah percaya dengan orang lain.

Namun maafkan aku karena belum bisa menjadi yang terbaik buatmu. Karena aku, kita belum bisa bertemu, aku memakan waktu sangat lama untuk berproses. Bahkan detik ini pun aku belum menganggap aku pantas mendapatkan yang terbaik. Dan aku selalu mengira aku akan mendapatkan yang terbaik, yaitu kamu. Egois sekali ya? 

Aku tahu kamu punya kelebihan dan kekurangan, walaupun kamu seorang bidadari, tetapi aku pun punya terlalu banyak kekurangan. Ada banyak hal yang tidak bisa kusanggupi dalam kehidupan yang singkat ini. Aku merasa bersalah padamu karena kamu mau menerima segala kekuranganku tersebut. Mungkin benar kata orang, Tuhan itu tidak adil. Kenapa? Karena kamu berhak mendapatkan yang lebih baik. Seharusnya cintamu tidak jatuh kepadaku.

Memang jodoh itu nyata, tetapi pernikahan adalah pilihan. Dari dulu aku telah bermimpi hidup bahagia denganmu, membangun keluarga yang penuh cinta, dan membesarkan anak-anak dengan hebat. Kukira aku bisa, aku mampu, aku mau, dan aku siap. Semakin aku tumbuh dewasa, perlahan-lahan mimpi tersebut berubah menjadi suatu kekecewaan. Ternyata tidak semudah itu ya?

Perempuan tanpa nama, apakah kau memimpikan hal yang sama? Apakah menurutmu tekad dan cinta sudah cukup untuk mewujudkan mimpi tersebut? Karena hanya itulah yang aku punya.

Aku belum kenal kamu. Aku belum tahu kamu orang yang seperti apa. Apakah kehadiranmu menguatkanku untuk mewujudkan mimpi tersebut? Ataukah justru membuatku semakin percaya bahwa aku tidak berhak untuk kau nikahi?

Terima kasih ya telah menjadi perempuan sempurna, yang diciptakan khusus untuk hadir dalam kisah cintaku suatu hari nanti.

Namun kelanjutan cerita tersebut tidak mungkin kutulis sendiri. Aku butuh kamu untuk menentukan ke mana kapal kita akan berlayar. Apapun hasilnya, aku akan tetap senang kok, karena aku telah bertemu kamu.

Sampai jumpa di pelabuhan cinta kita ya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog