Single Mother - Cerpen
Sepupu perempuanku harus menyusul suaminya di Hong Kong untuk sementara dan, sayangnya, dia tidak bisa membawa anak semata wayangnya. Tanteku, nenek dari bayi tersebut, terlihat kewalahan mengurusi seorang bayi sendirian. Apalagi berdasarkan usianya, bayi tersebut masih membutuhkan ASI. Kemudian percakapan itu terjadi ketika aku mengunjungi tanteku. Percakapan yang membuatku menggendong seorang bayi di studio TV sambil menunggu giliranku tampil.
Mulai hari ini, aku benar-benar merasa seperti seorang single mother.
Ketika penyanyi lain bersantai di ruang tunggu masing-masing, aku menyusui bayi ini di ruang menyusui. Hari ini kebetulan ada 2 orang ibu lainnya yang juga sedang menyusui. Mereka adalah penonton untuk suatu acara yang sore ini akan syuting. Awalnya aku cukup kaget karena TV ini membolehkan mereka membawa bayi, tetapi ternyata selama acara berlangsung, bayi mereka dibawa oleh kerabat mereka. Kurang lebih sama sepertiku, kecuali bayiku dibawa oleh manajerku atau ditidurkan di keranjang bayi. Tanteku tidak cukup fit untuk mengikuti jadwalku yang padat.
Sesekali aku juga bertemu staf dalam ruang menyusui ini, tetapi seringkali aku sendirian. Ketika aku sedang tidak menyusui dan membawa bayi ini ke lorong, banyak staf dan artis yang datang menyapa. Mereka suka melihat wajahnya yang lucu, tetapi hanya ketika sedang tidur. Terkadang mereka mengajukan beberapa pertanyaan soal bayi ini, tetapi mayoritas cukup lelah dan sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, dan aku paham perasaan itu.
Dua ibu ini tidak mengenalku, tetapi mereka bilang mereka senang ketemu artis di tempat yang tidak terduga hahaha... Mereka bahkan bilang bahwa sejak hari ini mereka menjadi fansku dan akan mulai mendengarkan lagu-laguku. Tapi mereka tahu Twice, mereka hanya tidak tahu bahwa aku adalah mantan anggota dari grup tersebut.
"Haeju-ssi, bisakah kami mendengarkan salah satu lagumu?" tanya salah satu ibu.
"Eh, sekarang?" tanyaku.
"Iya, tapi kalau tidak capek ya."
"Saya tidak capek, tapi... Lagu saya cukup bersemangat, saya takut membangunkan anak-anak ibu," kataku lagi, "Saya coba nyanyikan salah satu lagu lembut yang saya tahu saja ya, tidak apa-apa?"
Mereka setuju.
"Eh, sekarang?" tanyaku.
"Iya, tapi kalau tidak capek ya."
"Saya tidak capek, tapi... Lagu saya cukup bersemangat, saya takut membangunkan anak-anak ibu," kataku lagi, "Saya coba nyanyikan salah satu lagu lembut yang saya tahu saja ya, tidak apa-apa?"
Mereka setuju.
Kemudian aku menyanyikan sebuah lagu yang terlintas di benakku. Sebuah lagu ballad dari Twice.
Judulnya 'Wishing'.
Judulnya 'Wishing'.
Aku mencoba menyanyikannya dengan pelan-pelan namun penuh penghayatan. Kedua ibu ini tampak menikmati nyanyianku. Anak-anak mereka pun tampak tenang. Bersama lagu ini, aku mengharapkan yang terbaik buat nasib kita semua. Aku berharap kita kuat menghadapi apapun yang akan datang, terutama buatku yang lemah ini. Merawat bayi ini adalah satu-satunya cara yang bisa kulakukan untuk membalas kebaikan hati tanteku yang pernah merawatku selama aku terpuruk. Aku memang orang yang sangat lemah.
Kemudian kulihat wajah polos bayi yang sedang menghisap susu yang keluar dari tubuhku.
Aku meneteskan air mata.
Komentar
Posting Komentar