Presiden Pilihanku 2024 Adalah.... - OPINI


Pertama kali saya berpartisipasi aktif terhadap pemilihan presiden terjadi pada tahun 2014 ketika para pemeran politik mengusung Jokowi dan Prabowo untuk bersaing memperebutkan posisi tersebut.

Sepertinya memang pada waktu itu banyak orang, terutama anak muda, yang tertarik untuk mengikuti dinamika kampanye calon presidensi Indonesia. Bukan cuma saya.

Dengan bangganya, saya memilih Bapak Joko Widodo. Waktu itu.

Melihat mundur sekarang, ada banyak sekali pro kontra dalam terpilihnya Jokowi.

Namun salah satu mimpi saya sebenarnya sudah terwujud.

Saya ingin, pria yang duduk di bangku tertinggi kekuasaan Indonesia, bukan sosok pria dominan dengan toxic masculinity.

Sebelum terpilihnya Jokowi, saya tidak membayangkan bahwa pria paling tinggi jabatan politiknya di Indonesia adalah orang seperti beliau:

Kalem. Tenang. Low-Profile.

Jokowi selalu dominan dengan isi bicaranya, bukan cara bicaranya. Dia dominan karena pencapaian-pencapaiannya, bukan semangat buta yang naif menggebu-gebu. 

Pada waktu itu, sesimpel Jokowi bukan Prabowo. Jokowi bukan stereotip pria "ideal" yang dibanggakan pria-pria destruktif dan dipaksakan oleh wanita-wanita naif.

Hari itu Indonesia sadar, pria seperti Jokowi bisa berada di kancah tertinggi politik Indonesia. Bisa berkuasa. Bisa menang.

Perubahan, itu yang saya mimpikan.

Saya juga waktu itu bermimpi bahwa Jokowi akan meruntuhkan dinasti politik lama yang bermain terlalu kotor; karena waktu itu Prabowo didukung oleh nama-nama dan partai-partai lama.

Namun PDIP dan Ibu Mega ternyata berhasil menguasai Jokowi selama dua periode kepresidenannya.

Setelah PDIP mengumumkan akan mengusung Ganjar menjadi capres, saya merasa tidak terpancing untuk mendukung beliau. B aja.

Saya merasa Ganjar hanya akan jadi Jokowi kedua, baik dari imej nya yang non-stereotip pria "tangguh", maupun dari bagaimana PDIP akan menguasai beliau.

Dan perubahan itu sudah dibawa Jokowi. Sekarang perlahan-lahan stereotip toxic itu telah pudar.

Bahkan saya kali ini tidak keberatan untuk mendukung sosok seperti Prabowo. Karena Indonesia sudah terlanjur berubah. Berubah ke arah yang saya inginkan.

Dan karena hal itu, saya merasa tidak harus memilih Ganjar. 

Pemilu 2024 ini, rasanya semua kandidat punya 'red flags'-nya masing-masing. Tidak ada yang ideal.

Tentunya saya belum punya pilihan.

Namun saya senang dengan sosok seperti Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo yang siap bertanding, dibandingkan pria-pria "tangguh" yang merasa dirinya "paling hebat" ataupun "pemimpin sejati".

Karena Indonesia harus melihat, pemimpin pria terkadang muncul dalam sosok seperti Jokowi, Anies, Ganjar, atau dengan contoh yang lebih nyata, Pak Habibie dan Bung Hatta.

Pria tidak harus selalu api.

Karena kami pria-pria non-api juga berkualitas dan mampu memberikan hasil yang terbaik 🌳🌀💧

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog