Mendarat Darurat - Movie Review

Movie Review
Judul: Mendarat Darurat (2022)
Sutradara: Pandji Pragiwaksono
Genre: Romance, Comedy

Sebagai orang yang nggak suka genre romance, comedy, maupun 'romcom', aku sukaaaaaa banget sama film ini. Filmnya sempurna. Best romcom I ever watched. Reviewku segitu aja. Udah!
Kalau penasaran, 'Mendarat Darurat' adalah film tentang seorang karakter bernama Glen (Reza Rahadian), cowok gagap dalam spektrum autisme, yang frustasi dengan istrinya Maya (Marissa Anita) yang suka marah-marah. Glen pun selingkuh dengan rekan kerjanya Kania (Luna Maya). Pasalnya, ketika Glen pura-pura ke luar kota, pesawat yang ditumpanginya jatuh, sehingga semua orang mengira dia mati, padahal sebenarnya dia sedang berada di hotel sama Kania.
Bisa dibilang penuturan cerita film ini sangatlah rapih. Setiap scene adalah sebuah 'build-up' yang siap dibalas dengan 'pay-off' yang memuaskan. Konteks konflik dalam cerita ditata apik sehingga semua masuk akal kenapa A melakukan ini dan B melakukan itu. Bahkan hiperbola dalam komedinya pun masih dalam koridor yang relatif masuk akal. 
Agak berlebihan sebenarnya, tapi ada momen di mana aku nangis bukan karena lagi adegan intense, tapi karena penulisannya rapiiiii banget!
Salah satu hal yang juga menarik dalam film ini adalah aspek cintanga terkesan kekanakan untuk usia karakternya. Bahkan filmnya sendiri mengakui hal tersebut. Seperti celetukan karakter Yahya (Pandji Pragiwaksono), sahabat Glen, ketika ia bilang bahwa sikap judes Kania seperti anak SD yang tidak mau ketahuan kalau dia sedang naksir temannya. Atau ketika Kania mengatakan bahwa Glen seperti anak SMA. Cinta yang polos tersebut dibalut dengan konflik yang sangat realistis dan dewasa, yaitu perselingkuhan dan pernikahan. Romansa lugu dalam 'Mendarat Darurat' pun mampu diimbangi dengan komedi yang terkesan tidak asal lempar. 
Film ini diperkuat dengan komitmen akting seluruh pemainnya, terutama Reza, Marissa, dan Luna, yang mampu membolak-balikkan hati penonton. 'Honorable mention' buat Ibu Glen (Dewi Irawan) yang tangisannya sangat menular sampai ke bangku penonton.
Menemukan kekurangan dalam film ini akan terkesan cukup 'nitpicky' atau dicari-cari, salah satunya masih banyak kesempatan yang terlewat untuk memasukkan shot-shot yang lebih unik dan lebih cantik lagi.
Jika mendengar nama 'Pandji Pragiwaksono' mungkin kata yang terbersit dalam benak kita adalah 'komedian' ataupun 'nasionalis'. Namun film ini mengungkap satu sisi Pandji yang lain , yaitu 'sentimental'. Tidak hanya sekedar mengangkat tema film yang laku di pasaran, terasa sekali bahwa sang sutradara punya sebuah kisah yang benar-benar ingin ia ceritakan. Personal! Kayak teman yang ngajak kita curhat dari hati ke hati.
Kok bisa ya bikin film yang membuat kita ngakak lepas, tapi juga nangis mewek? Hmm... Kayaknya sutradaranya Gemini deh! ;)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog