Aku Tahu Kamu - Cerpen

Aku Tahu Kamu
Flash Fiction oleh ahn

Kupeluk buku pelajaranku.
Kupeluk sambil berjalan kembali ke kelas. Aku tidak memasukkannya ke dalam tas karena isinya terlalu banyak. Bodohnya aku karena membawa tas yang terlalu kecil dan "trendi" ini. 

Kenapa juga aku berusaha untuk bergaya? Malu rasanya. Ini semua gara-gara pria itu. Dia. Dia yang hanya sebatas kutahu namanya.

Kalau bukan karena kharismanya yang menarik, atau sikap baiknya yang meluluhkan hati, mungkin aku tidak menjadi seperti ini. Memang sih, dia aktif di berbagai kegiatan kampus. Dia juga cukup terkenal karena cerdas di kelas. Tapi dia bukan tipe yang bangga dengan dirinya. Dia pede, tetapi seringkali ia terlihat pemalu dan merendah. Entah mengapa semua itu membuat hatiku teralihkan olehnya. Mungkin karena dibandingkan dia, aku hanyalah orang biasa yang suka kuliah-pulang-kuliah-pulang. Aku bukan siapa-siapa. Tapi wajarkah kalau aku mengaguminya? Wajarkah kalau aku suka? Bagiku wajahnya yang rapi dan tampan hanyalah bonus semata.

Langkahku terhenti ketika aku melewati kamar mandi. Aku melihat sosok pria tinggi yang familiar baru saja keluar. Apakah itu dia? Astaga, aku harus bersikap bagaimana?? Aduh, aku tidak sedang dalam penampilan terbaikku lagi! Walaupun sebenarnya tidak penting juga mengapa aku harus cari perhatian di depannya. Aku bukan orang murahan seperti itu. 

Ketika aku meliriknya, ohh ternyata bukan dia. Orang lain. Memerah pipiku saking malunya. Buru-buru aku masuk ke kamar mandi. Mungkin lebih baik kalau aku memperbaiki penampilanku yang kusut karena begadang tadi malam. Hahh...

Dalam perjalanan balik ke kelas, aku menyapa temanku dan pacarnya. Tidak, aku tidak iri. Namun aku tidak bisa membohongi diriku sendiri bahwa aku menantikannya. Menunggu datangnya pria yang tepat. Pria yang akan membawaku masuk ke hidupnya. Walaupun pria yang tepat belum tentu dia....

Memangnya siapa aku berusaha memikat hatinya? Kenal saja tidak. Aku menonjol saja tidak. Dia bahkan mungkin tidak mengenalku, atau tahu kalau aku ada. Apalagi di antara banyaknya sosok yang jauh lebih menarik, tinggi, dan menggoda di sekelilingnya. 

Mungkin belum waktunya bagiku untuk pacaran. Aku juga masih punya mimpi yang mau kukejar. Aku juga masih punya hidup yang ingin kunikmati. Aku juga masih punya masih teman-teman yang selalu menjadi mood-boosterku. Dan aku juga masih punya keluarga yang sangat membutuhkan kasih sayangku.

Tanpa sadar, sedari tadi aku melamun di depan pintu kelas. Aku baru sadar ketika seseorang membukakan pintu di hadapanku. "Kamu mau masuk kan?" tanya suara pria yang sangat familiar. Aku mengadah ke atas dan melihat dia, DIA, sedang berdiri kurang dari 1 meter dariku.

"A.. A.. Iya. Kok kamu tahu?" tanyaku gugup.
Dia bingung mendengar pertanyaanku. Kemudian dia tersenyum sebelum menjawabnya, "Iya, aku kan tahu kalau kita sekelas," katanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog