Takut
> Apa yang sedang kamu rasakan sekarang?
Bingung. Bingung karena aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang.
Mungkin aku juga kecewa. Karena orang-orang yang kuharapkan bisa memahamiku dan menerimaku apa adanya, kenyataannya tidak menunjukkan hal tersebut padaku.
Orang tua tidak menerima bahwa aku butuh obat untuk kekuranganku selama psikologis.
Dia lebih kagum dengan pria lain daripada denganku.
Dokter yang kupercaya tidak merawatku dan memberikan obat dengan semestinya.
Aku juga sudah kehilangan teman-teman angkatanku. Secara usia, aku lebih tua dengan angkatanku dan aku merasa mereka tidak menerimaku menjadi bagian dari mereka. Aku merasa aku tidak terima oleh teman-teman angkatanku karena aku baru kenal mereka selama 2 tahun, sedangkan mereka sudah bersama selama 5 tahun. Aku sedih. Tidak ada orang yang bisa kuanggap teman.
Aku merasa sedih. Aku sedih karena merasakan semua hal ini. Aku sedih karena semua hal ini terjadi.
Aku takut.
Aku takut ini semua salahku.
> Mengapa kamu menyalahkan dirimu sendiri?
Aku mempunyai ketidakpercayaan diri yang sangat besar. Hal itu yang menghancurkan segalanya.
Gara-gara aku tidak berani bicara ke orang tua dan beargumen dengan mereka, akhirnya mereka tidak mendukungku.
Aku tidak percaya diri sehingga aku merasa takut dia akan lari ke pelukan orang lain dan meninggalkanku.
Aku terlalu malas dan takut untuk konsultasi secara profesional ke psikiater. Aku takut mahal.
Dan aku tidak bisa mengobati ketidakpercayaan diriku ini.
Aku tidak pernah merasa diriku berharga. Aku tidak berharga.
> Mengapa kamu merasa tidak berharga?
.....
> Apa yang kamu inginkan?
Aku ingin dicintai, merasa aman, merasa nyaman, dipahami, dan diterima apa adanya.
Aku ingin merasa bahagia.
> Mengapa kamu tidak merasa bahagia?
Namun, kemudian dia berkata bahwa aku ketakutan.
Segala pikiran buruk tersebut hanya ada di dalam kepalaku saja.
Sebenarnya, orang tuaku sangat peduli denganku dan kesehatanku. Mereka pasti akan memberikan yang terbaik untuk anaknya jika dibutuhkan.
Sekagum-kagumnya dia dengan pria lain, dia tetap setia denganku. Dia tidak punya hubungan spesial dengan siapapun. Dan dia masih mau berkorban dan mengungkapkan cintanya padaku.
Dokter yang kutemui pun sebenarnya hanya sibuk dan tidak tahu apa yang kubutuhkan karena aku tidak terbuka. Ia sebenarnya sangat ingin untuk memberiku solusi jika aku minta.
Bahkan teman-teman angkatan pun sebenarnya masih mau berbicara denganku. Mereka masih menganggapku manusia. Masih menganggapku teman. Teman baik bahkan.
Rasa takut menghancurkanku. Rasa takut yang membuat segalanya jadi berantakan.
Seharusnya, walaupun dunia hancur di depan mataku aku tidak boleh takut. Aku harus tetap tegar dan tidak menyerah. Atau mungkin menggunakan rasa takut tersebut menjadi motivasi untuk bangkit dan mengubah keadaan.
> Apa yang sedang kamu rasakan sekarang?
Takut.
Aku sadar aku takut.
Tapi tidak akan kubiarkan rasa takut itu menguasai dan menghancurkanku.
Aku takut dan aku akan menguasai rasa takut itu.
Bingung. Bingung karena aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang.
Mungkin aku juga kecewa. Karena orang-orang yang kuharapkan bisa memahamiku dan menerimaku apa adanya, kenyataannya tidak menunjukkan hal tersebut padaku.
Orang tua tidak menerima bahwa aku butuh obat untuk kekuranganku selama psikologis.
Dia lebih kagum dengan pria lain daripada denganku.
Dokter yang kupercaya tidak merawatku dan memberikan obat dengan semestinya.
Aku juga sudah kehilangan teman-teman angkatanku. Secara usia, aku lebih tua dengan angkatanku dan aku merasa mereka tidak menerimaku menjadi bagian dari mereka. Aku merasa aku tidak terima oleh teman-teman angkatanku karena aku baru kenal mereka selama 2 tahun, sedangkan mereka sudah bersama selama 5 tahun. Aku sedih. Tidak ada orang yang bisa kuanggap teman.
Aku merasa sedih. Aku sedih karena merasakan semua hal ini. Aku sedih karena semua hal ini terjadi.
Aku takut.
Aku takut ini semua salahku.
> Mengapa kamu menyalahkan dirimu sendiri?
Aku mempunyai ketidakpercayaan diri yang sangat besar. Hal itu yang menghancurkan segalanya.
Gara-gara aku tidak berani bicara ke orang tua dan beargumen dengan mereka, akhirnya mereka tidak mendukungku.
Aku tidak percaya diri sehingga aku merasa takut dia akan lari ke pelukan orang lain dan meninggalkanku.
Aku terlalu malas dan takut untuk konsultasi secara profesional ke psikiater. Aku takut mahal.
Dan aku tidak bisa mengobati ketidakpercayaan diriku ini.
Aku tidak pernah merasa diriku berharga. Aku tidak berharga.
> Mengapa kamu merasa tidak berharga?
.....
> Apa yang kamu inginkan?
Aku ingin dicintai, merasa aman, merasa nyaman, dipahami, dan diterima apa adanya.
Aku ingin merasa bahagia.
> Mengapa kamu tidak merasa bahagia?
Namun, kemudian dia berkata bahwa aku ketakutan.
Segala pikiran buruk tersebut hanya ada di dalam kepalaku saja.
Sebenarnya, orang tuaku sangat peduli denganku dan kesehatanku. Mereka pasti akan memberikan yang terbaik untuk anaknya jika dibutuhkan.
Sekagum-kagumnya dia dengan pria lain, dia tetap setia denganku. Dia tidak punya hubungan spesial dengan siapapun. Dan dia masih mau berkorban dan mengungkapkan cintanya padaku.
Dokter yang kutemui pun sebenarnya hanya sibuk dan tidak tahu apa yang kubutuhkan karena aku tidak terbuka. Ia sebenarnya sangat ingin untuk memberiku solusi jika aku minta.
Bahkan teman-teman angkatan pun sebenarnya masih mau berbicara denganku. Mereka masih menganggapku manusia. Masih menganggapku teman. Teman baik bahkan.
Rasa takut menghancurkanku. Rasa takut yang membuat segalanya jadi berantakan.
Seharusnya, walaupun dunia hancur di depan mataku aku tidak boleh takut. Aku harus tetap tegar dan tidak menyerah. Atau mungkin menggunakan rasa takut tersebut menjadi motivasi untuk bangkit dan mengubah keadaan.
> Apa yang sedang kamu rasakan sekarang?
Takut.
Aku sadar aku takut.
Tapi tidak akan kubiarkan rasa takut itu menguasai dan menghancurkanku.
Aku takut dan aku akan menguasai rasa takut itu.
Komentar
Posting Komentar