Orang Surabaya yang Cinta Jakarta - Blog

Aku adalah orang asli Surabaya, tapi CINTA banget sama Jakarta! Sini kukasih tau kenapa...


Sebelumnya, aku mau cerita dulu tentang kesibukanku akhir-akhir ini. Musim corona nih! Semua orang lagi pada WFH (Work From Home), termasuk aku. Aku sekarang sedang bekerja di salah satu perusahaan media di Jakarta sebagai seorang Content Writer. Tugasku? Gampang sih, menulis dan mencari data untuk ditulis di Instagram sebagai infografis (semacam postingan pengetahuan gitu). Jadi, aku mencari berbagai sumber yang dapat dipercaya, sehingga ilmu yang kusampaikan di Instagram tidak hanya bermanfaat, tetapi juga dipercaya. Perusahaan media ini mempunyai beberapa divisi, seperti marketing, hukum, survey, dan lain sebagainya. Nah, aku masuk dalam Tim Konten yang tugasnya seperti yang aku sebutkan di atas. Jadi, aku tidak bekerja sendiri. Aku bekerja dalam sebuah tim! Jadi, tim konten sendiri mempunyai beberapa anggota dan aku termasuk di dalamnya.

Nah, yang menarik adalah, ini kan perusahaan Jakarta, jadi mayoritas anggotanya orang Jakarta dong! Aku sebagai pegawai baru, bersama rekruitmen yang lain berusaha untuk bersikap sopan di depan senior. Yang unik adalah, mereka selalu menggunakan sapaan 'Kak' kepada senior mereka.

Bagiku ini hal yang baru banget! Biasanya kalau aku berusaha sopan sama seniorku, aku akan memanggil mereka dengan sebutan 'Mas' atau 'Mbak'. Nah, ini 'Kak'. Khas nya anak Jakarta banget! Aku tahu ini khasnya anak 'Jakarta dan sekitarnya' karena teman-teman kuliahku yang dari Jakarta memang biasanya menggunakan sapaan 'Kak'. Dari dulu aku pengen banget pake panggilan ini tapi rasanya kok sok Jakarta banget. Nah, kebetulan lingkungan kerjaku yang baru ini orang Jakarta semua, ya sudah, aku ikut-ikutan pake 'Kak' juga. Hahaha!

Apa sih yang spesial dari kata sapaan tersebut? Apa sih yang spesial banget dari Jakarta sampai aku terobsesi banget sama budayanya?

Menurutku, Jakarta adalah kota yang cukup progresif. Segala hal yang baru ada di Jakarta. Misalnya, budaya barat yang baru, selalu masuk lewat Jakarta dulu. Pokoknya, semuanya deh, anak muda Jakarta selalu tahu lebih dulu. Orang luar negeri, kalau mau masuk ke Indonesia, pasti lewat ibu kota dulu. Kalau Bali, bule di sana mereka cuma berlibur. Mereka cuma turis, orang biasa yang kebetulan punya duit banyak. Paling mau liburan sama mabok-mabokan doang. Kalau bule yang ke Jakarta kan tujuannya bisnis, pendidikan, mau jualan, dan segala macamnya. Jadi memang, tidak salah kalau Jakarta cenderung lebih progresif dari kota-kota lain di Indonesia. Segala hal yang baru, mereka dulu yang tahu!

Jakarta menjadi surga bagi orang seperti aku yang haus akan hal-hal baru. Aku orangnya suka mengeksplorasi berbagai macam hal, mulai dari ilmu sampai budaya. Di Jakarta ada berbagai macam orang dari Sabang sampai Merauke. Budayanya pasti kaya banget! Ilmu pasti banyak banget di sana! Hal-hal baru semua berkumpul di sana! Bagiku, Jakarta adalah surga. Otakku pasti akan bahagia sekali menjelajahi berbagai keunikan kota tersebut.

Menurutku, orang Jakarta juga progresif karena alasan yang satu ini: Tuntutan. Jakarta itu berat! Hidup di Jakarta itu nggak gampang. Kalau kamu bodoh, kamu kalah bersaing. Standar kecerdasannya tinggi di sana. Kalau tidak berwawasan pasti bakalan disalip orang. Berat persaingannya. Di Jakarta orang gak boleh minder. Orang gak boleh lemot. Yang lemah akan kalah sama yang kuat. Yang lembut kalah sama yang licik. Mereka kritis, karena kalau mereka gampang percaya, rejeki mereka bakalan diambil orang. Makanya mereka berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik. Kalau tidak, mereka tidak bisa makan.

Aku pribadi sangat sebal dengan budaya 'sungkan' di Jawa. Di Jawa itu, kalau mau ngapa-ngapain harus mikirin perasaan orang lain dulu. Takut nggak sopan lah, takut menyinggung lah, takut nggak sesuai adat lah, macem-macem deh! Mau makan aja harus nolak dulu kalau ditawarin. Basi banget. Palsu! Orang Jawa itu terlalu sibuk basa-basi makanya lemot. Nggak maju-maju.

Sejujurnya, aku lebih kagum sama Jakarta daripada 'luar negeri'. Karena luar negeri itu luas. Papua Nugini kan juga luar negeri. Amerika juga punya beberapa wilayahnya yang tidak maju-maju amat. Luar negeri ya luar negeri, tapi yang mana dulu. Nggak semua negara di luar Indonesia itu menarik untuk dieksplorasi.

Aku juga punya sifat unik yang lain. Ibarat hewan, aku itu seperti kunang-kunang. Aku suka berkumpul di tempat yang terang. Aku suka berada di tengah, walaupun bukan aku yang menjadi pusat perhatian. Aku suka bergaul dengan orang-orang yang ada di tengah. Jika aku tidak bisa bergaul sama orang-orang populer (mungkin karena aku terlalu katrok), biasanya aku akan berkumpul dengan orang-orang pinggiran dan membuat pusat baru. Jadi, aku tetap berada di tengah! Intinya aku suka terlibat dalam suatu tren. Dan itu Jakarta banget!

Selain suka cahaya, aku orangnya sangat fokus terhadap sesuatu. Kalau aku suka nulis, ya hal itu terus yang kulakukan. Nuliiiis aja terus. Lomba nulis lah, nulis di blog lah, di forum lah, cari kerjaan soal nulislah, dan macem-macem lagi. Aku itu bukan orang yang suka serabutan, semua dikerjain. Nggak. Minatku memang banyak, tapi kalau aku ngerjain satu hal, ya aku akan sangat fokus terhadap hal tersebut. Aku tidak suka mengerjakan sesuatu yang tidak perlu atau tidak sesuai dengan visiku ke depannya. Misalnya aku suka ngereview film, nulis naskah, diskusi film, akting, sama jadi sutradara. Kalo ditawari jadi kameramen? Nolak pasti. Aku nggak suka. Aku nggak nyaman. Dan aku juga yakin, aku nggak bakalan ke mana-mana kalau ngerjain hal itu. Habis-habisin waktu aja. Bukan berarti aku nggak cobain. Aku pernah jadi kameramen, tapi karena aku nggak suka ya aku nggak tekuni.

Prestasiku juga nggak dikit lho di dunia kepenulisan ini! Yang nerima lamaranku waktu aku join di perusahaan Jakarta ini aja sampe kaget. Aku nulis novel udah pernah. Aku jadi bagian dari badan pers mahasiswa NASIONAL udah pernah. BEM udah pernah. Sampai bikin film udah pernah. Aku pernah ya, nulis di website INTERNASIONAL (jadi tulisannya bahasa Inggris) dan itu RIBUAN yang baca! Tulisan bahasa Inggris lho ini. Dan bukan cuma satu artikel! Itu series, berepisode-episode udah kayak sinetron. Yang klik lebih dari 10 ribu orang. Gilak nggak tuh? Jadi jangan remehin kalo aku kelihatannya di luar nggak ngapa-ngapain. Aku orangnya emang nggak suka pamer aja.

Bayangin, dengan sifatku yang fokus dan visioner ini, kalau pada tahun 2015 aku beneran ganti jurusan ke Psikolog, mungkin sekarang aku udah kerja, udah punya gaji sendiri. Aku bakalan lulus dengan nilai terbaik, entah 3 terbaik, 10 terbaik, atau 50 terbaik, pokoknya aku bakalan jadi yang terbaik karena aku minat! Dan aku bakalan gampang banget dapet kerjaan. Apalagi karena kuliahnya enak, mungkin aku juga bakalan lebih aktif di organisasi. Psikologi Unair itu justru pusatnya kegiatan perfilman di Surabaya lho! Cuma fakultas itu yang punya festival filmnya sendiri. Keren nggak tuh? Wah, aku udah jadi apa ya kalo dulu aku beneran masuk psikologi?

Ya cuma gara-gara kuliah kedokteran susah (susah bagiku, karena nggak minat) makanya aku jadi nggak aktif ngerjain ini-itu. Takut ketinggalan pelajaran! Aku belajar aja ujian nggak lulus, apalagi nggak belajar?! Ya nggak?

Kembali ke topik.

Jakarta...

Aku asli Surabaya, lahir di Surabaya, dan besar di Surabaya. Namun sudah menjadi mimpiku dari SMA untuk mengembara ke ibu kota Indonesia tercinta ini. Aku merasa aku akan berkembang di sana. Mungkin sekarang karena aku sudah dewasa, aku akan lebih berhati-hati untuk tidak terjerumus ke pergaulan yang salah. Tapi muncul pertanyaan baru: Akankah suatu hari nanti aku akan ke Jakarta? Akankah suatu hari nanti aku akan berkarya di sana? Jangan nunggu ijin orang tua, nggak bakalan turun. Kalau memang aku mau, aku nggak boleh takut! Aku harus berani. Aku nggak boleh malu...



...sebagai orang Surabaya yang cinta Jakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog