Bulan Mei dan Bintang Bertuan - Cerpen

"Siang itu, hanya ada satu bintang..."

Bulan Mei dan Bintang Bertuan
Cerpen karya Andika Hilman


Aku bukan orang yang suka datang terlambat. 

Apalagi jika tidurku selalu dibangunkan oleh mimpi tentangmu. Sudah sebulan ini kamu meracuni hatiku. Dengan segera, kupakai kemeja terbaikku dan sepatu termahal yang kupunya. Mungkin sudah naluriah jika aku ingin tampil terbaik di depanmu. Ya, di depannya, wanita tercantik di kelas kami. Iya, kamu bintangku.....

"Pagi, An!" panggilnya saat ia melintas di depanku. Ia melewatiku dan memilih bangku yang agak depan. Beda denganku yang terbiasa duduk di belakangku, "Ah, biarlah, untuk kali ini saja!" seruku dalam hati saat aku mengambil tasku dan mulai berpindah duduk cukup dekat dengannya. Bagiku kesempatan seperti ini tidak boleh disia-siakan. Apakah salah jika hatiku terus meminta untuk berdekatan dengannya?

"Mei?" tanyaku ketika dia memberitahu bulan kelahirannya.
"Berarti bintangmu Taurus atau Gemini ya?" tanyaku lagi, mencoba membuat topik pertanyaan bodoh dengannya, "Jauh juga ya sama bulan kelahiranku."
"Emang kamu lahirnya kapan?" tanyanya.
"Hmm... Rahasia!" godaku.
"Ihh, apaan sih," katanya dengan nada terganggu namun manja.
"Emang kenapa mau tahu? Kepo ya, hayoo?" godaku lagi.
"Enggak!" hentaknya.
"Masak..?"
Dia berhenti sebentar sebelum menjawab, "Ya kan, aku udah kasi tau tanggal lahirku, biar adil kamu juga kasih tahu dong!"
"Kamu belum ngasih tahu tanggal lahirmu. Tadi kan cuma bulannya," aku membalasnya.
"Ih, kamu kok nyebelin sih! Haha," mendadak aku tertegun melihatnya tertawa kecil seperti itu. Dia tampak sangat cantik ketika wajahnya bahagia. Oh, ingin rasanya aku membuatnya bahagia seumur hidup.

Bolehkah aku membuatmu bahagia seperti itu terus...?

"Gini deh-" kataku melerai pertengkaran bodoh kita, "-Aku kasih tahu bintangku kalo kamu kasih tahu bintangmu. Gimana?"
"Boleh."
"Jawabnya barengan ya? Jadi aku hitung satu sampai tiga, lalu kita teriakkan jawaban kita berbarengan. Gimana?"
"Iya, aku paham," katanya.
"Oke! Satu... Dua... Tiga... CAPRICORN!" teriakku.
"TAURUS!" teriaknya, sebelum ia tertawa lagi dengan kekonyolanku, "Hahahahaha....!"
Aku ikut tertawa dengannya. Kami saling menatap mata masing-masing saat tertawa. Hatiku mendadak berdegup saat itu. Ingin rasanya kuterjebak dalam loop-hole dan mengulang momen ini lagi dan lagi. Matahari bersinar sangat terik pagi itu, tetapi hatiku dingin oleh senyum manismu.

Eh, Capricorn dan Taurus? Cocok nggak sih?

Aku mulai penasaran dengan kecocokan bintang kita. Namun aku lebih penasaran lagi mengapa dia sangat terbuka padaku tentang kehidupannya? Apakah ini berarti aku punya harapan? Aku harap iya karena jika aku mendapatkanmu, aku sudah tidak perlu mencari wanita lain. Kamu sudah cukup, rasanya hatiku terus mengatakan itu.

Siang itu aku mulai merasa ngantuk. Bukan cuma karena di luar sangat panas, tetapi karena AC dalam kelas ini sangat pintar merayuku untuk tidur. Aku hendak menjatuhkan kepalaku ke meja ketika kudengar suaranya memasuki ruangan. Aku menoleh ke belakang dan kulihat seorang wanita cantik nan manis sedang bergurau dengan temannya saat hendak masuk ke kelas. Mendadak aku merasa terjaga bak tersiram kopi panas! Api di dalam hatiku membara sampai aku mampu mengalahkan pengaruh Isofluran mac 2% yang berhembus dari AC kami. Tanpa terasa bibirku tersungging saat memperhatikannya. Dia lalu melirikku sejenak dan tersenyum, sebelum akhirnya bicara lagi dengan temannya dan kemudia tertawa. Sepertinya mereka menertawaiku. Duh, malunya telah kepergok curi-curi pandang terhadapnya! Kulihat dia tampak fine-fine saja dengan itu, sepertinya ini pertanda baik.

Aku membooka google dan mulai men-searching kompatibilitas antara bintangku dan bintangnya. Capricorn x Taurus = 90%! WOW!!! Tidak heran aku suka dengannya, konstelasi saja berkata demikian. Membaca hal ini membuat kepercayaan diriku membuncah. Walaupun Cparicorn tidak menempati posisi pertama (Virgo yang paling cocok dengan Taurus), aku senangnya bukan main.
Aku buru-buru berdiri dan berjalan ke arahnya. Inilah saatnya! Aku akan mengajaknya bicara dan, kalau beruntung, aku akan mengajaknya makan bareng sepulang nanti.

Dia dan teman ceweknya sedang berdua asik melihat hape sambil tertawa-tawa kecil. Aku diam-diam mengepalkan tanganku yang membeku kedinginan. Kupasang senyum terbaikku sebelum berkata baiknya, "Lagi browsing apa tuh..?" aku mencoba memulai percakapan, "Lagi stalking instagramku ya?"
"Ih ge'er!" jawab temennya. Kulihat dia hanya senyum-senyum saja.
"Nggak apa-apa loh, stalking instagramku. Aku sudah biasa dikepoin sama fans-fansku," candaku lagi. Dia tertawa mendengarnya.
"Kamu mau lihat ta kita lihatin apa?" tanyanya manja.
"Boleh," jawabku spontan, yang terkaget-kaget adalah temannya. Temannya melihatnya dengan mata terbalalak dan mulut sedikit terbuka.
"Kamu yakin mau kasih liat dia ini?' tanya temannya hati-hati.
"Ya nggak apa-apa kan?" tanyanya balik, kemudia ia melambaikan tangan ke arah, mengundangku untuk duduk di dekatnya, "Ini lho lucu, sini lihat!"

Tanpa ragu (tetapi dengan degup jantung yang sudah sangat aritmis) aku duduk di sampingnya. Aku melihat wajahnya close-up. Pipinya halus... Aromanya wangi layaknya taman bunga... Aku berusaha keras untuk bersikap biasa supaya tidak membuat suasana ini berantakan, "Ka- Kalian lagi lihat apa sih?" kataku untuk menyembunyikan kecemasanku. Gagal.
"Nih!" katanya singkat sambil menunjukkan seorang pria jatuh dari ayunan anak-anak.
"Hahaha kasian!" tawaku saat melihat video tersebut, "Siapa itu, selebgram ya?"
"Hihi bukan~" jawabnya.
Hatiku terkejut bukan main saat akhirnya temannya menjelaskan itu siapa, "Itu pacarnya..."

GLERRR!!!
Rasanya guntur baru saja menghantam diriku sampai lemas tidak berdaya. Tidak kusangkan ternyata dia sudah punya pacar. Patah hatiku mendengar bahwa aku telah terdahului oleh orang lain. Semakin hancur hatiku ketika tampaknya dia sangat mencintai pacarnya. Terbukti dengan dia menonton videonya bahkan saat jam kerja seperti ini.
"Bego ya dia? Hahaha..!" ujarnya dengan polosnya.
Aku hanya bisa menjawab iya dengan kecanggungan luar biasa. Sepertinya ini hari terburukku, dipaksa untuk membahas pacar orang yang kutaksir cukup lama. Aku mencoba mencari-cari cara untuk berpindah kursi, tetapi dia terus menunjukkan video pacarnya ke aku. Beberapa di antaraya bahkan cuam selfie tidak penting. Resmilah aku patah hati karenanya....

Tunggu dulu!

Aku segera membuka hapeku diam-diam dan melihat hal terakhir yang kubrowsing di sana. Aku melihat kompatibilitas Taurus dengan bintang lain dan... Oh tidak...
"Sek! Jangan bilang kalau pacarmu itu... Virgo?" tanyaku sambil menyilangkan jariku.
"Eh, kok tahu?" jawabnya.
"Serius??!"
"Iya, emang kenapa. Kamu baru tahu dari mana?"
"Oh nggak, kalo berdasarkan astrologi, bintang yang paling cocok sama Taurus adalah Virgo. Katanya Taurus dan Virgo memang diciptakan untuk saling melengkapi. Kompatibilitas itu kecocokan kita satu dengan yg lain."
"Oh ya? Wow, tidak heran aku suka dia! Mungkin memang takdirnya," kata dia.
"Iya, nasib..." kataku lemas, "Taurus sama Virgo itu 100%," kataku berpura-pura bersemangat.

Setelah akhirnya berusaha ngeles tanpa ketahuan, akhirnya aku dapat menghidari mereka dan kembali ke bangkuku. Hatiku luluh lantak. Aku sudah tak bersemangat lagi untuk mengikuti pelajaran. Dia sayang dengan pacarnya dan kompatibilitas mereka berdua di atas kompatiblitasku dengannya. Kukira ada sesuatu di antara kami berdua, tetapi ternyata tidak...

Sejak saat itu, patah hatiku setiap melihatnya masuk ke kelas. Lucunya dia semakin suka ngobrol denganku untuk membicarakan soal zodiak. Friendzoned, kalau kata orang-orang. Bulan Mei ini terasa begitu lama. Kini setiap aku mendengar kata 'Mei', ada perasaan tidak nyaman muncul di hatiku.

Hahh... Alih-alih imaji tentangmu, kuharap 'Mei' hanya sekedar satu dari 12 bulan....
Dan di siang yang panas ini, seandainya mataharilah yang bintang yang bersinar paling terang...



...Bukannya kamu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog