seperti orang bodoh

SEPERTI ORANG BODOH
cerpen oleh Andika Hilman

Aku melihatmu di etalase toko. Lagi.

Berdiri sambil memegang tas bermerk paling terkenal di toko tersebut. Kamu tersenyum supaya orang-orang senang melihatmu. Namun mereka hanya lewat bahkan tanpa melirik sedikitpun. Kau tetap tersenyum seharian berharap suatu saat ada orang yang tertarik melihat tas yang kau pegang dan masuk ke toko tersebut. Itulah fungsimu sebagai manekin. Kau menjual diri.

Namun aku manusia. Aku anak dari kedua orang tuaku. Tidak seharusnya kujual diriku. Aku seolah kehilangan malu ketika bertemu lelaki. Aku berusaha menarik perhatian hanya supaya mereka melihatku. Segala hal kulakukan, dari bereksperimen dengan berbagai make-up sampai memakai baju-baju yang seksi. Tidak bisa kutolong diriku. Kepercayaan diriku sangat tinggi untuk melakukan segala kebodohan itu karena aku tahu.... aku akan jauh lebih minder jika harus jadi diri sendiri.

Aku baru percaya ketika kita semakin tua pilihan jodoh pun semakin berkurang. Tidak ada yang bisa kulakukan selain menurunkan hargaku. Tidak ada yang bisa kulakukan selain mempromosikan diri sendiri seperti manekin.

Rintik hujan mulai berjatuhan. Kubuka payung dan kulihat lagi manekin di etalase toko tersebut. "Enak ya kamu tidak takut kehujanan?" tanyaku. Perlahan aku baru sadar ternyata sedari tadi dia tidak sedang tersenyum. "Tidakkah kau bahagia?" tanyaku lagi. "Setidaknya kau tahu kau tidak ditakdirkan untuk berjodoh dengan siapapun. Sedangkan aku?"

Menjadi manekin memang bodoh. Berdiri mematung di depan orang-orang hanya untuk mempromosikan apa yang dipakainya. Tapi jauh lebih bodoh lagi wanita dewasa yang memasarkan dirinya hanya karena takut tidak laku. Sepertiku yang tersenyum manis kepada pria--pria seperti orang bodoh..............

Hujan kini mulai deras. Kutatap matanya yang kosong lalu terkekeh. "Hei, haruskah aku berhenti sekarang?"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog