Farewell???

Baca dulu: Angel Exists

Aku mengintipnya mandi di kali subuh tadi. Seperti biasa, fisiknya indah sekali. Memang terasa jelas aura yang mengatakan bahwa ia adalah bidadari.

Dia tidak membawa sabun ataupun sikat gigi, tetapi tidak pernah kulihat sedikitpun cacat di penampilannya, kecuali tentunya luka di punggung akibat saypanya yang telah lepas. Sayap yang kusembunyikan di kamarku. Terkunci rapat di dalam lemari baju yang terbuat dari pinus.

Shubuh tadi kulihat ia membawa sebuah kacamata tebal berframe tebal. "Mungkin ia akan ke perpustakaan setelah mandi,"bisik alter-egoku. Aku tidak menghiraukannya. Aku terus saja memandanginya dari balik semak-semak. Sudah beberapa kali kucoba memotretnya dari jauh, tetapi hasilnya selalu kabur. Pagi itu aku hanya bisa diam. Aku bahkan tidak tahu apa yang kunikmati. Aku tidak horny, melainkan seperti daun yang gugur dari pohonnya lalu pasrah mengikuti arus sungai. Aku seakan jatuh mengikuti air terjun yang tinggi dan terhempas ke dasar sungai yang paling dalam. Ikan-ikan di sana memandangiku aneh tersenyum-senyum sendiri, sebelum akhirnya sadar bahwa aku tidak bisa bernafas di bawah air. Aku pun muncul ke permukaan dan melihatnya mandi, lalu terseret arus sungai lagi. Begitu terus sampai kiamat.

Lamunanku terbuyar ketika ia keluar dari air. Sejenak aku memperhatikannya bibirnya yang tidak tersenyum. Indah, tetapi aku mencoba untuk menelisik lebih dalam. Apakah ia sedang bersedih? Apakah ia tidak sedang bahagia? Aku bahkan lupa kapan terakhir dia tersenyum. Ah, aku bahkan lupa kalau aku cuma makhluk hina di hadapannya.

Bidadari itu lalu menghilang di rimbunan pepohonan. "Apa yang harus aku lakukan?"tanyaku. "Kejar dia!"jawab alter-egoku,"Kejar! Belum tentu kita bisa bertemu dia lagi." Dengan sigap mataku pun mulai mencari cara agar aku bisa menyebrangi sungai. Sial, ternyata terlalu jauh kalau aku mau memutari sungai! Mau tidak mau aku harus keluar dari semak dan menyebrangi sungai tersebut. Aku pun memantapkan hatiku. Aku melihat ke kanan dan kiri untuk memastikan bahwa tidak ada yang melihatku. "Ayo cepat!" "Oke oke!" Dengan sangat hati-hati aku pun keluar dari semak dan menuju ke pinggir kali. "Aman. Maju terus!" Perlahan aku menginjakkan kaki kananku ke air. Namun sebelum aku lanjut berjalan, aku melihat bidadari itu berdiri tidak jauh di hadapanku! Kulihat punggungya dengan jelas membelakangiku. "Mati aku! Apa yang harus kulakukan?"

a. Ketahuan, lalu berkilah lidah jika ditanyai
b. Putar balik berharap dia tidak sempat melihatku
c. Play it cool

Aku bingung. Aku bukan manusia pria, jadi aku tidak akan memilih yang ketiga. Aku pun memutuskan untuk memilih yang 'b'. Dengan SANGAT hati-hati aku mengangkat kaki kananku keluar dari air. "Blup!" suaranya terdengar sangat jelas dan membuatnya langsung menoleh ke arahku. "Sial, berarti yang 'a'!" "Lari saja!" "Hah?" "LARI CEPAT SEKARANG!!!"teriak alter-egoku. Karena panik aku pun langsung berlari masuk ke hutan. Sekilas aku melihat wajah indahnya yang selalu kurindukan, sayang aku tidak sempat membaca ekspresinya. Aku berlari masuk ke hutan menembus berbagai batu dan rerumputan yang menghalang. Aku berlari sampai tidak bisa bernafas lagi. Karena kebetulan ada indomaret aku pun berhenti di situ.

Aku terduduk di depannya sambil ngos-ngosan. Aku merasa agak pusing karena terlalu cepat berlari. Mendadak aku merasa ada yang memegang pundakku. Apakah dia alter-egoku? Aku tidak tahu. Hanya itu yang kurasakan sebelum aku ambruk dan tidak sadarkan diri....
Sinar mentari pagi memasuki kamarku. Perlahan kubuka kedua mataku. Ada hening sejenak sebelum aku meraih hapeku. Ada hening sejenak lagi sebelum aku membuka instagram, kebiasaanku setiap pagi. Aku mengetikkan username dan password lalu masuk. Di halaman pertama ada foto bidadari 'itu'.

Aku langsung terlonjak kaget! "Apa yang terjadi? Mengapa aku di sini?"pikirku. Aku melihat ke sekeliling kamarku. Pakaian yang kupakai di hutan tergantung rapi di kursi, sedangkan aku memakai baju rumah yang hangat. Badanku bersih tanpa tanah yang seharusnya mengotori kaki-kakiku. Lemari bajuku pun masih terkunci rapat. Aku bingung. Semua terasa bagaikan mimpi. Salah, lebih tepatnya bagaikan mimpi yang terasa nyataaaa sekali. 

Namun lalu kucek foto bidadari di timeline-ku. Ia sedang selfie bersama seorang manusia pria. Bisa kutebak kalau mereka sedang berada di mall. Pria itu tampak sangat bahagia, berbeda dengan sang bidadari yang hanya menunjukkan senyuman kecil penuh arti. Matanya kini seakan menatapku dan ingin mengatakan sesuatu. Aku tertegun. Aku pun paham apa yang terjadi.

"Baiklah,"kataku pada kekosongan,"Aku mengerti. Hahaha... Terima kasih. Hahahaha...."




Aku tertawa sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog