Dark Rooms [RANDOM MORNING]

Awalnya aku sedang bersembunyi dari teman-temanku.

Aku merasa canggung ketemu mereka, ya lebih tepatnya canggung ketemu siapapun sih. Aku pendiam dan merasa susah banget untuk bersosialisasi dengan orang lain. Jadi aku lebih suka menghindari mereka. Hal ini memang memalukan bagiku yang sudah berkepala tiga, sudah punya pekerjaan dan sudah punya calon untuk dinikahi. Seharusnya aku bisa berubah lebih pede. Bodohnya sekarang aku dan dia bersembunyi di balik tiang besar supaya tidak terlihat oleh teman-temanku.

Setelah mereka menghilang kami pun lanjut pergi. Di tengah perjalanan kami menemukan sebuah mini market. Aku memutuskan untuk singgah sebentar untuk membeli minuman dan beberapa snack. Tidak lupa aku mengecek sekelilingku supaya aku tidak tahu–tahu ketemu mereka lagi. Setelah mereasa aman aku pun masuk ke dalam toko. Saat sedang memilih-mililh makanan, tiba-tiba hal yang kukhawatirkan terjadi. Teman-temanku masuk ke dalam mini market tersebut! Aku tidak sepat bersembunyi lagi karena mereka cepat sekali menyebar ke sekeliling toko. “Aduuuh... Mati aku!” pikirku. Singkat cerita semua pun terasa canggung sampai aku dan dia terjebak harus makan malam bareng mereka.

Kami semua makan siang di sebuah restoran yang agak mewah, tetapi tidak terlalu ramai. Seingatku itu adalah restoran Jepang dengan konsep kita memasak makanan kita sendiri. Tentunya ini bukan pilihanku karena aku tidak biasa makan di tempat seperti ini. Aku merasa sangat tidak nyaman. Aku tidak bisa mengikuti percakapan dan canda tawa mereka. Namun sebelum pelayan menawarkan kami menu makanan, aku sadar bahwa semua ini hanyalah cerita fiksi. Semua ini adalah mimpi! Ya, mimpi! Aku sedang tertidur pulas sekarang dan apa yang kulihat ini adalah mimpi. Mendadak tanpa kuberitahu semua orang sadar bahwa ini adalah mimpi. Masuk akal sih karena mereka hanyalah karakter-karakter yang kuciptakan di dalam otakku sehingga mereka bisa tahu apa yang kupikirkan.

Setelah menyadari bahwa kami berada dalam mimpi, kami memutuskan untuk mengubah restoran ini menjadi semacam hostel. Dengan kekuatan pikiran kami menghilangkan meja-meja makan dan membangun kamar-kamar. Kami lalu masuk ke kamar masing-masing untuk menikmati mimpi ini, karena kami tahu, kita bisa melakukan apapun di dalam mimpi!

Aku dan dia pun masuk ke dalam sebuah kamar yang letaknya tidak jauh dari tempat kita berdiri. Kamarnya sangat sederhana sebenarnya, hanya ditutupi pintu kayu dan cuma berisi satu ranjang besar. Seperti yang kalian mungkin sudah prediksikan, aku pun melakukan hal yang seharusnya belum boleh kulakukan dengannya. Aku menikmatinya. Namun setelah beberapa saat terbersit pikiran di benakku,”Mengapa aku tetap sama dia kalau ini semua cuma mimpi? Kan MUMPUNG ini dalam mimpi??!”

Akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari kamar tersebut. Kamar-kamar lainnya tertutup, tetapi seolah-olah aku mempunyai penglihatan tembus pandang. Ternyata isi kamar yang lain berbeda-beda, tergantung kebutuhan mereka masing-masing. Ada yang main game, ada yang pacaran juga dan lain lain. Sejujurnya aku tidak peduli karena di pikiranku hanya ada satu kamar. Satu orang. Wanita ideal yang ingin kutemui.

Aku pun bertemu dengan wanita tersebut di dalam kamar. Tentu saja karena ini hanyalah mimpi ia membuka dirinya padaku. Aku pun melakukan hal yang sama dengan yang kulakukan di kamar sebelumnya, hanya saja aku lebih suka yang ini. Namun entah mengapa perasaanku semakin intense. Aku jadi lebih tertarik dengannya secara personal. Aku ingin mengenalnya kepribadian lebih jauh. Hatiku rasanya seperti terikat dengan ujung tali satunya terpaut di hatinya. Awalnya kukira hal ini hanya akan menjadi hubungan formalitas, tetapi ternyata aku merasakan lebih.

Aku berpikir bahwa aku harus menghentikan semua ini. Aku harus mengenalnya lebih dulu, bukan hanya sekedar melakukan hal ini. Aku pun bangun dan membuka mataku. Mendadak semua itu hilang. Aku sendirian di kamarku yang gelap. Aku baru sadar bahwa semua itu hanyalah mimpi. Dan dia tidak ada.....

Dia tidak ada.....

Dia tidak ada.....

Tidak ada.....




Tidak ada.....
















Tidak ada.....................................................









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog