Angel Exists

Sudah lama aku tidak melihat bidadari mengunjungi bumi.

Sesosok bercahaya datang menghampiri hidupku. Saat ia mendekat terasa aura yang sangat kuat. Sangat gelap. Sangat menghancurkan! Namun sekaligus sangat melindungi. Sangat perkasa. Sangat rapuh. Dan... sangat indah.

Sengaja tidak kusapa senyumnya sampai waktu menyuruhku. Tidak pernah pun kurasakan satu menit terlama dalam hidupku. Jika ada ledakan gunung di sebelahku mungkin aku tidak akan peduli. Aku hanya bisa mendegar hembusan angin sepoi dengan riakan sungai yang merdu saat itu. Akalku seakan mengalir menuju ketidakpastian, lalu berakhir setelah aku kehabisan kata-kata. Satu menit baru saja berlalu, tetapi momen itu lebih bermakna dari bertahun-tahun usiaku.

Sudah lama tidak kulihat bidadari jatuh dari surga. Aku bahkan tidak tahu bagaimana bentuk surga. Namun satu hal yang kutahu pasti, aku akan menunggunya di sana. Karena aku tahu makhluk seperti apa aku. Aku hanya bisa tertatih-tatih mengejar kesuksesanku di atas bumi, tanpa bisa memilikinya sebelum itu. Karena aku tahu aku bukan malaikat......

Sebelumnya aku tidak tahu bahwa bidadari adalah makhluk yang nyata. Aku bahkan tidak pernah percaya bahwa cinta itu nyata. Namun jika kebahagiaanku yang hadir karena kehadirannya hanyalah sebuah momen penuh makna, maka akan kusimpulkan bahwa cinta adalah momen. Ya, sekedar kompilasi momen yang terus terulang sampai membuat seorang manusia gila. Cinta adalah momen karena cinta bukanlah dia yang takkan pernah kumiliki.

Namun setidaknya aku tahu............


........Bidadari bukan sekedar khayalan.














[Baca lanjutannya di Farewell dan Air 1.1]
[Baca juga: Angel Exists 2]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog