Air: Dan Mutiara

[Baca dulu: Angel Exists (Prolog Cerpen Air 1)]

Mutiara yang terpendam, kamu.....

Jauh. Jauh di dasar laut. Terkubur di bawah pasir yang dalam. Tersembunyi di antara terumbu karang. Di atasnya tumbuh rumput laut yang tak pernah habis dimakan oleh ikan. Di sekitarnya banyak ikan kecil yang tidak pernah membuat sang predator kekenyangan. Di situlah kamu terpendam. Mutiara dalam cangkang kerang yang telah mati.

Pandanganku kembali ke dunia nyata. Kamu di sana, duduk bersama teman-teman yang lain. Tidak ada yang hitam-putih, tetapi kamu lebih berwarna. Tidak ada lampu menerangi, tetapi kamu lebih bercahaya.

Padahal tubuhku baru terhempas dari langit. Dilempar oleh bidadari yang telah melayangkanku selama berbulan-bulan. Padahal punggungku masih sakit. Retakan tulang-tulangku masih berbunyi. Jantungku belum berdegup normal. Padahal hatiku belum menemukan perbannya.

.....Namun kamu lebih bercahaya.

Senyummu membuatku jatuh tenggelam ke dasar laut tadi. Bagi video yang dipercepat, tanganku menggali-gali sampai kumenemukan kerang itu. Kamu di dalamnya. Aku menarik nafas lalu mengayunkan kakiku, berenang sampai ke permukaan. Matahari bersinar sangat cerah. Awan-awan pun bertengger di singgasananya, ditemani jalan-jalan ringan burung laut. Lalu kulihat sesosok bidadari bersayap itu memandangi kita. Ia terbang tinggi di atas air. Meski jauh, aku bisa merasakan tatapannya yang tajam melihat ke arahku yang sedang menggendongmu. Ia lalu tersenyum, cantik sekali. Panas dadaku merasakan amarahnya yang indah. Namun kau memelukku agar tetap tenang.

Kau mengingatkanku agar tetap kuat.

Aku tidak tahu mengapa teman-temanmu meninggalkanmu sendirian. Kini kau duduk di suatu tempat di dekat situ. Kau membuka hapemu. Meski jauh, aku bisa merasakan kegundahan itu.
Inikah saatnya?

Haruskah aku menyelam dan mulai menggali?






[Baca lanjutannya di
Air 1.2: dan Ikan
Air 1.3: dan Tarian Hujan
Air 2.1: Hiu Putih dan Kamu]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog