Air 1.2: dan Ikan

AIR: DAN IKAN [Cerpen]
[Baca dulu: Air 1.1]

Kau duduk tak seberapa jauh dari tempat ku berdiri. Entah apa yang kau tunggu... Ah, entah apa yang KUTUNGGU. Aku basah kuyup memandangimu. Dadaku sesak menahan nafasmu demi kamu.

Aku senang kita sudah sampai di perairan yang lebih hangat. Lebih aman di sini. Tidak akan ada ikan-ikan besar yang mengganggumu lagi. Aku berkata padamu untuk mencoba berenang di sini. "Tidak akan ada yang berani menguburmu lagi,"bisikku.

Kau tersenyum lalu langsung menyelam ke dalam air. Kutarik nafas dan ikut menenggelamkan kepalaku. Kupaksa mataku terbuka agar bisa mengawasimu berenang dengan aman. Kau tampak bahagia sekali. Kau berenang ke sana kemari. Kau menghampiri terumbu karang, meluncur melewati bebatuan, sesekali melompat ke permukaan, lalu kembali masuk ke dalam air. Sesekali aku pun berenang ke permukaan untuk menarik nafas panjang, sebelum kembali menyelam mengawasimu.

Aku mengikutimu pulang kuliah diam-diam. Kini aku berada di depan sebuah kos-kosan kecil di gang yang sempit. Kau memarkir motormu dan segera masuk ke dalam. Aku di sini, di luar, tidak berani melakukan apa-apa. Aku bahkan tidak tahu mau melakukan apa lagi. Pulang pun rasanya tidak menyenangkan. Matahari siang ini bersinar begitu terik, membuaktu tidak ingin melakukan apa-apa lagi. Akhirnya aku memutuskan untuk mencari tempat duduk dan bermain game di hapeku untuk beberapa waktu.

"Haaah.... Hap!" Aku kembali menyelam ke dalam air. Sudah kesekalian kalinya aku keluar-masuk air. Kepalaku rasanya pening sekali. Mataku sakit, kutebak pasti warnanya sudah sangat memerah. Aku mencoba mencarimu, tetapi, ah, aku tak sanggup! Penglihatanku terlalu buram. Aku pun berenang sambil menutup mataku, mencoba mengikuti suara siripmu yang tak berhenti berenang. Sambil terpejam aku belok ke kanan, ke kiri, ke kanan lagi dan begitu terus sampai membuatku mual. Tidak, aku tidak boleh kehilanganmu! Tidak boleh!

"OUCH!!!" Kepalaku terbentur sesuatu, sepertinya sebuah batu yang besar. Aku pun mencoba mengintip. Coba tebak sudah sejauh mana kutersesat?
Aku mendengar suara ramai sekali. Ternyata di dekat situ ada sebuah SMA swasta khusus wanita. Tepat sekali saat itu adalah jam pulang sekolah. Aku memandangi mereka keluar satu per satu seakan tak ada habisnya.







[Baca cerita selanjutnya Air 1.3]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog