How I KILL My Mother!!!!!
Aku
benci banget sama jurusanku.
Aku
merasa ilmu yang diajarkan di sini tidak menarik dan tidak terlalu penting,
terutama buat kehdupanku. Bakat dan minatku tidak cocok dikembangkan di sini. Nilaku
memburuk, lulusku telat dan prestasi menurun dengan signifikan. Di dalam pun
memang tidak enak. Kuliahnya berat serta orang-orangnya sombong dan lemah
mental. Sedikit-sedikit minta dikasihani orang lain. Selain itu mereka hanya
menjadi robot yang dibentuk untuk memakan apapun yang disuapkan ke mereka tanpa
berpikir bahwa itu baik atau tidak. Pekerjaannya mulia, tetapi mayoritas bahkan
tidak benar-benar peduli dengan kemanusiaan.
Beban kuliah
seberat ini tidak sesuai dengan apa yang nanti aku capai di akhir. Ini bukan
pekerjaan impianku. Aku tahu jika aku bertahan aku hanya akan berakhir menjadi
pecundang.
Ini
semua gara-gara ibuku. Pola pikirnya sangat konservatif dan hanya menganggap
pekerjaan yang baik hanyalah satu, dan ia ingin aku menjadi hal tersebut.
Mungkin ia juga menyesal karena tidak bisa menjadi seperti om dan tanteku yang
tampak lebih enak hidupnya sehingga ia ingin aku “menggantikannya”. Aku sudah
berulang kali mengungkapkan bahwa aku lebih suka menjadi hal lain, tetapi
karena aku tidak jago berargumen jadi aku selalu kalah. Apalagi di SMA aku
merasa tidak pintar sehingga aku tidak berani ‘berjanji akan sukses’ jika aku
memilih jurusan lain. Aku pun hanya bisa mengikuti keinginannya.
Aku
INGIN SEKALI ibuku tahu apa yang terjadi denganku di kampus. Aku ingin dia tahu
kenyataannya. Aku ingin dia sadar bahwa aku sudah gagal yang mana berarti aku
memang tidak cocok berada di sini. Aku hanya ingin ibuku mengerti!
Maka
dari itu suatu hari aku pergi ke paranormal. Aku diberitahu temanku bahwa orang
ini cukup terkenal dan temanku sendiri pernah berhasil mendapatkan cewek
idamannya dibantu oleh dukun tersebut. Siang-siang sepulang kuliah aku
mendatangi dukun tersebut. Sebelumnya aku sudah membuat janji dan aku dapat
jadwal jam segitu. Setelah sampai dan menunggu beberapa antrian akhirnya aku
pun masuk ke ruangannya. Sejujurnya ruangannya agak klise, seperti dukun di
film-film: ada bunga dalam kendi berisi air, kain hitam menutupi seluruh
ruangan, ada lilin-lilin yang menyala dan properti-properti lainnya yang
menunjukkan bahwa dia paranormal. Setelah dipersilahkan duduk aku pun berterus
terang menceritakan masalahku.
Dia
tidak bicara banyak. Aku bukannya mendapatkan semacam nasihat, melainka aku
disuruh mengambil sehelai rambut ibuku (dan beberapa hal aneh lainnya ayng
tidak bisa kutulis di sini karena terlalu memalukan). Aku bertanya padanya apa
yang akan dia lakukan pada ibuku dan dia hanya menjawab bahwa ia berusaha untuk
menyadarkan beliau. Aku berpesan padanya agar tidak melukai dan menyiksa ibuku
sama sekali. Ia berjanji. Akhirnya aku pun keluar, membayar uang konsultasi di
bagian administrasi (yang ruangannya jauh lebih manusiawi) dan pulang ke rumah.
***
Sudah sebulan
lebih setelah aku menyetorkan rambut ibuku ke dukun tersebut. Sejujurnya aku
tidak melihat ada yang perubahan yang berarti. Ibuku baik-baik saja dan tidak
pernah membahas apapun mengenai jurusanku. Satu-satunya hal yang berubah adalah
aku suka demam akhir-akhir ini, terutama pas lagi kuliah. Mungkin karena
kuliahku terlalu membosankan sampai aku terlalu sensitif dengan AC kelas. Iya,
aku tahu tidak nyambung. Aku hanya berharap pertemuanku yang ketiga dengan sang
dukun nanti sore akan menjawab kebingunganku ini.
Sekitar
jam 5-an aku berada di tempat paranormal tersebut. Aku bertanya padanya apa
yang sudah dia lakukan karena aku tidak perubahan apapun. Ia lalu memintaku
menceritakan secara rinci dan kubilang bahwa tidak ada apa-apa sama sekali.
Dukun tersebut lalu memintaku meminum sesuatu lalu menutup mata. Dia bilang
ingin memperlihatkanku sesuatu. Ya aku nurut aja sih waktu itu. Seolah
terhiptnotis perlahan-lahan tubuhku terasa semakin berat seakan mau jatuh.
Seluruh tubuhku melemah. Tanpa sadar aku pun tertidur.
Beberapa
saat kemudian aku pun terbangun. Aku tersengal-sengal karena kaget. Aku melihat
dukun tersebut dengan perasaan campur aduk. Aku syok karena aku baru saja
bermimpi sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya...............
***
Aku
melihat diriku sendiri sedang kuliah di kelas. Seolah-olah aku orang lain, aku
melihat diriku dari sudut pandang orang ketiga. Seperti biasa aku tidak
mendengarkan kuliah, melainkan sibuk menggambar hal-hal random di buku
catatanku. Aku tidak ngobrol karena aku tidak punya sahabat yang bisa kuganggu
saat jam kuliah. Setelah beberapa saat menggambar aku menelungkupkan kepalaku
dan berusaha tidur. Seperti biasa......
Sesaat
aku lalu sadar ibuku berdiri tidak jauh dari tempatku duduk, seolah-olah dia hantu.
Dia sedang melihatku (yang sedang tidur) dari jauh. Sepertinya sih dia tidak
melihat diriku yang sebagai orang ketiga. Aku melihat ibuku dan ia tampak tidak
senang.
Seolah
dipercepat aku tiba pada saat diriku melihat pengumuman ujian yang ditempel di
lorong kampus. Aku sedang di sana bersama teman-teman dekatku. Aku juga melihat
ibu di situ. Temanku bertanya bagaimana hasil ujianku dan kutunjukkan namaku di
lembar pengumuman. Di sana tertulis aku mendapatkan nilai E, nilai terburuk. Kami
tertawa-tawa karena, seperti biasa, tidak lulus ujian. Salah satu temanku
nyeletuk betapa menyedihkannya diriku karena di antara absensi (anak-anak yang
keterima karena undangan) hanya aku yang nggak lulus. Aku tertawa sekenanya.
Ketika mereka meninggalkan papan pengumuman tersebut aku melihat diriku
berjalan di belakang dengan tampak sangat murung. Aku pribadi baru sadar bahwa
aku tampak sesedih itu. Aku lalu melihat wajah ibuku. Dia diam saja.
Aku lalu
melihat diriku sedang naik motor dalam perjalanan menuju rumah. Hantu ibuku
duduk di bangku belakang, menyimakku sedang berbicara sendiri sambil menangis.
Aku ingat dulu aku sering ngomong sendiri pas naik motor di awal-awal masuk
kuliah. Karena penasaran aku mencoba mendengarkan apa yang kucurhatkan.
Diriku
bilang bahwa ia bingung kenapa bisa kuliah di sini. Ia hanya ingin
membahagiakan orang tua karena dia tahu pepatah mengatakan ‘orang tua akan
bahagia jika anaknya bahagia’. Diriku sadar bahwa ia tidak bahagia sekarang.
Masa depannya pun suram. Ia tidak tega melihat ibunya sedih gara-gara dia
gagal. Dia merasa sekeras apapun ia berusaha mengikuti kuliah, sekeras apapun
ia mencoba, ujung-ujungnya dia selalu gagal. Ia selalu menjadi orang paling
bodoh di jurusannya. Dan sekeras apapun ia mencoba untuk menyadarkan ibuku ia
selalu kalah. Selalu salah. Ia merasa mungkin memang kisah hidupnya telah
dirancang untuk tidak berakhir bahagia..........
Aku
melihat ibuku dan dia tampak meneteskan air mata. Ia tampak sangat sedih
mendengarkanku curhat seperti itu.
Aku
berpindah tempat lagi. Terakhir aku melihat diriku sedang berada di kampus
orang. Waktu itu aku sedang mengikuti seminar mengenai perfilman yang dihadiri
oleh sutradara kondang favoritku. Aku melihat ibu duduk di sebelahku. Berbeda
saat kuliah aku tampak sangat serius mendengarkan. Aku mencatat dengan rajin.
Semua orang yang melihat tatapan mataku pasti mengerti bahwa aku sangat bersemangat
siang itu. Aku sadar sudah lama aku tidak sesemangat itu, mungin tidak pernah
sejak aku masuk kuliah. Bahkan ibuku tersenyum senang melihatku seperti itu.
Pada
sesi tanya jawab seperti yang kalian duga aku pun mengacungkan pertanyaan.
Sementara yang lain bertanya mengenai cara menjadi film maker yang baik atau
apapun yang berkaitan isi presentasi barusan, aku menanyakan hal yang berbeda.
Dengan mikrofon dari panitia aku pun berkata:
”Perkenalkan
nama saya Andika. Saya mahasiswa kedokteran. Saya merasa salah jurusan dan
ingin meyakinkan orang tua saya kalau saya mampu sukses di industri perfilman.
Pertanyaan saya apakah profesi sutradara, terutama di Indonesia, adalah profesi
yang menjanjikan?” Aku lalu tertawa kecil dan melanjutkan pertanyaanku sambil
tersenyum,”Gaji sutradara itu berapa sih?”
Peserta
seminar lain tampak tertarik mendengar pertanyaanku. Sang pembicara pun
menjawab pertanyaanku tersebut dengan jawaban yang bagiku saat itu cukup
memuaskan. Aku ingat aku senang sekali ketika tahu bahwa sutradara upahnya
sangat besar dan punya berbagai macam proyek yang bisa dikerjakan. Aku ingat
aku tetap tidak menceritakan pengalaman hari ini sesampaiku di rumah. Aku hanya
senang sekali. Aku puas bahwa setidaknya aku punya masa depan “jika” aku
banting setir masuk dunia perfilman. Semua terlihat di ekspresi wajahku siang
itu.
Aku lalu
mengintip wajah ibuku. Dia tersenyum. Dia tersenyum lebar sambil meneteskan air
mata......
Semuanya
pun mendadak gelap. Aku terbangun dari mimpiku.
***
Aku
terbangun sambil tersengal-sengal. Aku berteriak,”DI MANA MAMA???” Dukun
tersebut menjawab,”Ibumu baik-baik saja. Ini minum dulu.” Ia memberikanku air
putih dan menenangkanku. Setelah aku tampak tenang sang dukun pun menjelaskan
apa yang terjadi.
Dia meminjam
salah satu bagian kesadaran ibuku. Hal itu membuat ibuku bermimpi melihatku di
masa lalu. Hal itu masih berlangsung sampai sekarang. Konsekuensinya adalah
beberapa waktu terakhir ini kesadaran ia melemah. Ibu yang kulihat sehari-hari
bukanlah ibuku yang “sebenarnya”, melainkan hanya alam bawah sadarnya yang
hanya bisa melakukan kegiatan sehari-hari.
Aku
bertanya bisakah mengembalikan kesedaran ibuku seperti semula dan dia bilang
bisa, tetapi ada syaratnya, yaitu sang dukun harus mengambil sebagian usia
hidup ibuku. Dia tidak bisa memastikan ibuku umurnya akan berkurang beberapa
hari ataupun beberapa tahun.Umur yang ia ambil nanti akan dijadikan energi
untuk mengembalikan kesadaran ibuku. Jadi juga tergantung dengan seberapa kuat
jiwa ibuku untuk mengembalikan kesadarannya sendiri. Jika dukun tidak
mengurangi nyawanya, ibuku tetap bisa bangun, tetapi ia akan lupa segala
mimpinya tentangku. Dengan kata lain sia-sia.
Aku
bingung.....
Aku sadar aku harus membuat pilihan, antara
menyadarkan ibuku atau menyelamatkan nyawanya.
Sejujurnya
aku merasa kalaupun ibuku berumur panjang, tetapi ia melihatku tumbuh menjadi
anak yang tidak sukses ia pasti tidak akan bahagia......
Tapi
siapa sih yang bisa memprediksi masa depan......
Aku
keluar sebentar dari ruangan tersebut dan sholat mahgrib di masjid yang
kebetulan tidak jauh dari rumah dukun. Aku meminta petunjuk kepada Allah swt
atas apa yang harus kulakukan. Mungkin aku terlalu kebingungan waktu itu sampai
aku tak sadar meneteskan air mata. Aku tidak peduli orang-orang melihatku
terisak. Aku berbicara pada-Nya tentang segala hal yang kurasakan. Akhirnya sepulang
dari sana aku pun sudah tahu apa yang harus kulakukan..................
***
Aku
terbangun dari tidurku. Ternyata dosen sudah selesai mengajar. Aku pun
membereskan tasku dan pulang. Hari ini kuliahku masih tetap membosankan seperti
biasa. Aku mengendarai motorku di siang terik yang panas. Sudah beberapa hari
ini aku tidak berbicara sendiri lagi. Aku diam dan hanya konsentrasi menyetir
selama perjalanan pulang.
Setelah
menerobos jalanan yang padat aku pun sampai di rumah. Kubuka pintu depan dan
kulihat ibuku berada di dalam. Ia melirikku. Aku lalu disapanya dan dipeluk.
Saat itu aku sadar aku telah membuat pilihan yang tepat. Aku membalas
pelukannya yang selalu hangat. Aku berjanji tidak akan pernah menukarnya dengan
apapun! Aku tak tahu apa yang akan terjadi NANTI pada hidupku. Namun kalaupun
hidupku berakhir berantakan, aku melakukannya untuk ibuku. Aku tahu aku tidak
akan bahagia karena mengorbankan hidup orang yang paling kusayang. Aku tidak
peduli jika aku gagal. Aku hanya bisa berharap Tuhan bisa membuatnya bahagia. Mungkin
kebahagiaannya bukan tanggung jawabku. Meski ibuku bahagia bukan
melalui aku, bagaimanapun wanita hebat ini memang pantas hidup bahagia.
Amin.......
Komentar
Posting Komentar