Menghitam dan Merindu

Sedikit saja yang kuingat....

Entah mengapa aku dan beberapa orang merazia rumahnya. Mungkin aku semacam polisi atau sejenisnya, aku sendiri tak yakin. Tentu hari itu ia tampak sangat kaget, tetapi tampaknya ia memaklumi apa yang kami lakukan. Sejujurnya dari beberapa rumah yang kurazia hari itu hanya di rumahnya aku merasa sangat senang karena akhirnya aku bisa bertemu dengan keluarganya secara langsung. Bagaimanapun sepasang suami istri inilah yang (mungkin) akan menentukan apakah lamaranku padanya diterima atau tidak. Lebih senang lagi aku karena melihatnya setelah sekian lama. Ia masih sama. Masih berantakan, apa adanya dan masih sangat menarik di mataku. Setelah beberapa saat menggeledah tim kami tak menemukan apapun, kami pun keluar dari rumahnya. Ketika sedang bersiap-siap untuk pergi aku bertemu dengannya lagi di halaman rumah. Aku melihatnya lalu tersenyum. Ia membalas senyumanku. Ia tampak jauh lebih pendek dariku dan entah kenapa ia tampak lebih hitam dari biasanya. Namun tetap saja perasaanku tak berubah padanya. Kami saling bertanya kabar dengan sedikit canggung. Kecanggungan yang penuh makna. Kami seakan tahu bahwa kami sama-sama saling merindu. Ugh, setidaknya itu yang kuharapkan. Setidaknya itu yang kubaca dari senyumnya saat itu. Senyuman yang masih kuingat meski aku telah bangun berjam-jam yang lalu...........

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog