Lagu Hujan (3:46)
LAGU HUJAN (3:46)
oleh Andika Hilman
(suntingan ulang dari notes Facebook berjudul 'Lagu di Bawah Hujan (3:46) yang diposting tanggal 16 April 2013)
oleh Andika Hilman
(suntingan ulang dari notes Facebook berjudul 'Lagu di Bawah Hujan (3:46) yang diposting tanggal 16 April 2013)
'Ada apa ini?
Suara..... Lagu ini.... Uhuk uhuk!
Mengapa? Ada apa ini? Mengapa aku ada di sini?’
Aku tersungkur di atas trotoar pinggir jalan. Badanku basah oleh hujan yang sangat deras. Perlahan kucoba mengingat-ingat apa yang baru saja terjadi. ‘Aku berlari... Ah, dari sebuah gedung! Aku melewati gerbangnya, menembus hujan…. Gedung apa itu ya?’ Aku membayangkan diriku berlari mundur. ‘Ku dari sini, trus ke sana... Iya, iya, iya.... Oh iya, aku dari parkiran mobil! Di bawah hujan, di bawah gelapnya langit, aku berdiri di antara mobil silver dan seorang wanita. Wanita itu. Ia berlutut, basah kuyup. Lututnya berdarah dan aku masih berdiri. Terdiam. Tidak ada yang kulakukan???’
Aku tersungkur di atas trotoar pinggir jalan. Badanku basah oleh hujan yang sangat deras. Perlahan kucoba mengingat-ingat apa yang baru saja terjadi. ‘Aku berlari... Ah, dari sebuah gedung! Aku melewati gerbangnya, menembus hujan…. Gedung apa itu ya?’ Aku membayangkan diriku berlari mundur. ‘Ku dari sini, trus ke sana... Iya, iya, iya.... Oh iya, aku dari parkiran mobil! Di bawah hujan, di bawah gelapnya langit, aku berdiri di antara mobil silver dan seorang wanita. Wanita itu. Ia berlutut, basah kuyup. Lututnya berdarah dan aku masih berdiri. Terdiam. Tidak ada yang kulakukan???’
‘Ada apa sebenarnya ini?'
Meski telah berpikir keras aku tidak kunjung mengerti.
Aku pun mencoba mengingat apa kata-kata terakhir yang wanita itu ucapkan. Mulai tampak bayangan wajahnya yang terangkat ke atas. Ia melihatku. Aku tidak yakin, tetapi sepertinya ia menangis. Mata dan hidungnya merah. Merah, iya merah! ’Seharusnya aku sadar itulah ciri-ciri orang menangis! Itu kan yang aku pelajari di kuliah saat ini, manusia secara fisik? Ah, sudahlah!
Dan ya... Aku ingat saat itu dia mengatakan ini:
"Uhuk uhuk! Tenang, ini hanya hujan. Coba dengar! Langit bernyanyi buat kita. Ayo sini, jangan takut!"
Dan setelah kata-kata itu aku berlari! Aku ketakutan, menggigil, kedinginan, khawatir, bingung, tak tahu apa yang terjadi. Meski setelah berlari sejauh ini semuanya tetap sama. Basah. Aku jadi merasa bersalah. Namun yang aku tidak tahu, wanita itu lebih merasa bersalah kepadaku.
Sore itu pukul 3:45 pm. menurut jam tangan merahku. Ia berlari terengah-engah mengikutiku. Aku melihatnya dari sebuah gerbang raksasa. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, berteriak-teriak memanggil namaku sambil terus menangis. Semua pemandangan itu kini tampak sangat jelas di kepalaku.
Aku tak mungkin melupakannya karena setelah itu aku berlari lagi. Sambil menangis. Berteriak lebih keras. Ingin pulang saja rasanya waktu itu. Mungkin wanita itu mendengarnya. Kuberlari saat sebuah mobil melaju kencang ke arah sini. Sudah kuperhitungkan bahwa aku bisa melewatinya. Namun sayang, wanita itu tidak. Tubuhnya terpental beberapa meter tercium mobil besar itu. Aku melihatnya berputar-putar di atas aspal. Merah. Iya, merah. Tiba-tiba tanpa alasan kulihat jam tanganku.
3:46.....
Hujan.....
Merah.....
Meski telah berpikir keras aku tidak kunjung mengerti.
Aku pun mencoba mengingat apa kata-kata terakhir yang wanita itu ucapkan. Mulai tampak bayangan wajahnya yang terangkat ke atas. Ia melihatku. Aku tidak yakin, tetapi sepertinya ia menangis. Mata dan hidungnya merah. Merah, iya merah! ’Seharusnya aku sadar itulah ciri-ciri orang menangis! Itu kan yang aku pelajari di kuliah saat ini, manusia secara fisik? Ah, sudahlah!
Dan ya... Aku ingat saat itu dia mengatakan ini:
"Uhuk uhuk! Tenang, ini hanya hujan. Coba dengar! Langit bernyanyi buat kita. Ayo sini, jangan takut!"
Dan setelah kata-kata itu aku berlari! Aku ketakutan, menggigil, kedinginan, khawatir, bingung, tak tahu apa yang terjadi. Meski setelah berlari sejauh ini semuanya tetap sama. Basah. Aku jadi merasa bersalah. Namun yang aku tidak tahu, wanita itu lebih merasa bersalah kepadaku.
Sore itu pukul 3:45 pm. menurut jam tangan merahku. Ia berlari terengah-engah mengikutiku. Aku melihatnya dari sebuah gerbang raksasa. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, berteriak-teriak memanggil namaku sambil terus menangis. Semua pemandangan itu kini tampak sangat jelas di kepalaku.
Aku tak mungkin melupakannya karena setelah itu aku berlari lagi. Sambil menangis. Berteriak lebih keras. Ingin pulang saja rasanya waktu itu. Mungkin wanita itu mendengarnya. Kuberlari saat sebuah mobil melaju kencang ke arah sini. Sudah kuperhitungkan bahwa aku bisa melewatinya. Namun sayang, wanita itu tidak. Tubuhnya terpental beberapa meter tercium mobil besar itu. Aku melihatnya berputar-putar di atas aspal. Merah. Iya, merah. Tiba-tiba tanpa alasan kulihat jam tanganku.
3:46.....
Hujan.....
Merah.....
Aku terbangun. Tanpa sadar telah basah pipiku. Kuhantam bumi dengan sekuat tenaga sembari terisak,"Maaamaaaaaaaaa.......!"
#NowPlaying: On Rainy Days - Beast (3:46)
#NowPlaying: On Rainy Days - Beast (3:46)
Komentar
Posting Komentar