Nolan's The Prestige and Following [Comment Sesion]

Kali ini kita akan membahas sedikit tentang dua film Christopher Nolan, yaitu The Prestige (2006) dan film panjang pertamanya, Following (1998).
Bagi yang belum tahu, Christopher Nolan adalah sutradara film-film hebat, seperti Interstellar (2014), trilogi The Dark Knight (2005-2008) dan Inception (2010). Film-film tersebut terkenal selalu mengguncang para penikmat film seluruh dunia karena kejeniusannya. The Prestige sendiri bertemakan kehidupan dua orang pesulap, sedangkan pada Following ada kehidupan seorang penulis yang menjadi penguntit orang lain.
Ada berbagai macam film yang sudah kutonton, tetapi kedua film ini punya kekuatan yang berbeda. Keduanya diramu dengan sangat rumit dan membutuhkan konsentrasi lebih untuk bisa memahami masalah yang terjadi. Namun keduanya juga memberikan banyak celah kepada penontonnya untuk bisa memahami, meskipun tetap tidak semudah itu. Hal tersebut yang membuat film tersebut sangat nikmat untuk ditonton.

Tidak banyak film yang seru untuk dibahas setelah ditonton, tetapi tidak dengan The Prestige dan Following. Mungkin karena di akhir film Nolan tidalak benar-benar menyelesaikan filmnya dengan gamblang, tetapi tetap bertanggung jawab menyelesaikan konflik yang ada. Filmnya tidak tergantung seperti banyak film yang justru membuat penonton kesal. Akhir filmnya masih tetap meminta penonton dengan halus untuk lanjut berpikir, dan itu berhasil karena penonton masih penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi dalam film tersebut. Hal tersebut tidak bisa lepas dengan gaya penceritaan yang baik dan membuat orang larut dalam cerita yang disajikan.
The Prestige maupun Following sendiri mengangkat tema yang cukup unik. Dalam artian, Nolan mengangkat sisi lain dari apa yang ada di sekitar kita. Ketika kita biasanya penasaran hanya dengan apa rahasia sebuah penampilan sulap, The Prestige justru menampilkan emosi di balik pengorbanan seorang pesulap dalam mendapatkan trik sulap tersebut, yang lalu disisipkan pada dua tokoh dengan karakter yang bertolak belakang. Hal serupa juga bisa ditemukan pada Following yang menampilkan kehidupan seorang penulis yang terbiasa mengeksplor kehidupan orang lain demi karakter pada tulisannya, yang akhirnya berakhir dalam kebiasaan aneh, yaitu menjadi penguntit orang lain. Kedua tema tersebut benar-benar kuat sekaligus polos dalam waktu yang bersamaan karena filmnya sendiri berani menggali dengan sangat dalam dan jujur terhadap ceritanya itu sendiri. Kapan lagi kita bersentuhan dengan kehidupan kelam seorang penulis maupun pesulap profesional, ya kan?
Terlepas dari alur cerita yang seolah disusun seenaknya oleh sang sutradara (yang tentu saja sangat menarik buatku, tetapi membuat beberapa orang menjadi terlalu bingung saat menontonnya), Following dan The Prestige menjadi sebuah karya yang mengagumkan. Tidak hanya menghibur, kedua film tersebut pastinya bisa memberikan pengalaman baru bagi penontonnya, sesuatu yang jarang dimiliki oleh film-film lain. Untuk menjadi memori yang selalu dikenang, suatu hal harus kuat sekaligus berharga. Dan rasanya The Prestige dan Following telah memberikan kedua hal tersebut.


RATING: 10 
RATING: 9.6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog