Nay | Review Film


 'Nay' adalah film yang tidak bisa dinilai jelek, terutama dari segi cerita dan perlakuan yang diberikan sutradara terhadap cerita tersebut. Kalau ada yang nggak suka film ini, bisa dipastikan bahwa ia punya selera film yang benar-benar berbeda. Atau bisa juga karena faktor-faktor bodoh lain, seperti 'berekspektasi terlalu tinggi sebelum nonton' atau 'ada gangguan pas nonton film ini, jadinya nggak fokus'.

Sebenarnya ada banyak hal yang bisa dipuji dari film 'Nay', tetapi aku sangat-sangat ingin membahas hal di bawah ini.

Komentar ini ditujukan terutama kepada orang yang sudah menonton 'Locke' (Steven Knight, 2013). 'Nay' bukan hanya menggunakan formula yang sama, yaitu pengadeganan mayoritas di dalam mobil dengan didominasi oleh percakapan telepon oleh sang pengendara. 'Nay' juga memakai konflik utama soal kehamilan di luar nikah, juga menyinggung masalah pekerjaan dan, yang paling penting, Nay juga berbicara dengan alter ego-nya yang berupa orang tuanya sendiri. Seingatku semua hal tersebut adalah kekuatan dari film 'Locke'.

Sejujurnya aku tidak pernah menonton 'Locke' sampai habis.

Terlepas dari kemiripinnya, sesungguhnya 'Nay' menawarkan rasa yang benar-benar berbeda. Film ini bukan 'Locke' versi Indonesia ataupun 'Locke' versi cewek. Ini adalah 'Locke' versi 'Nay'. Yang kita tonton di film ini bukanlah formula yang ditawarkan, tetapi keunikan Nay sang tokoh utama dengan segala masalah dan cara ia menghadapi itu. 'Nay' menawarkan sebuah paket pengalaman menonton yang berbeda. Pengalaman penonton yang Nay.....

Namun hal ini termasuk hal yang sangat baru bagiku.

Mengapa? Karena tetap saja aku merasa terganggu dengan kenyataan bahwa, sopannya, sangat terilhami dari film 'Locke'. Seolah dibuat ulang dengan kisah dan karakter yang berbeda. Secara teknis pun, 'Locke' jelas jauh lebih baik dengan logika film yang lebih matang. Sejujurnya aku takut film sebagus 'Nay' tidak bisa dibilang sebagai sebuah film yang orisinil secara utuh. Karena kenyataannya pun 'Nay' adalah film drama yang jauh lebih baik dari film-film drama Indonesia selama ini.

Haruskah film sebagus ini harus tercap sebagai film plagiat?

'Nay' sendiri menawarkan satir. Ia menawarkan feminisme. Ia membawa realitas yang dicampur dengan idealisme dalam masayarakat urban. Ia membawa isu budaya yang dekat dengan kita, tetapi terkadang terasa jauh oleh beberapa orang.

'Nay' juga membawa puisi. Ia membawa perasaan simpatis sekaligus skeptis. Ia membawa psikologis dan kejiwaan. 'Nay' tidak pernah merasa orang yang paling bijak, sama seperti tulisan-tulisan Djenar seperti biasa, tetapi juga menjadi mulut paling frontal, tajam dan pedas dalam mengkritisi apa yang sedang terjadi dalam kehidupan kita.

Untuk orang yang terbiasa dengan drama 3 babak atapun film-film Hollywood, aku cuma bisa kasih tahu bahwa ketika kamu duduk dalam studio bioskop, Nay cuma akan mengajak kamu jalan-jalan naik mobil kurang dari dua jam. Nay cuma akan mengajak kamu ngobrol dengan ide-idenya tentang kehidupan. Di situ kamu juga bisa mengenal orang baru dengan karakter yang cukup unik, tetapi cukup umum sebenarnya, normal lah.. Aku cuma berharap setelah kamu nonton film ini dan melangkah keluar, semoga kamu bisa menahan rindu karena jatuh cinta dengan sosok yang baru saja kamu simak ceritanya, selami kehidupannya ^^
klik untuk menonton trailer

RATING: 9.1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog