The Wedding and Bebek Betutu | Review Film


Judul: The Wedding and Bebek Betutu (2015)
Sutradara: Hilman Mutasi
Pemain: Ex-casts Extravaganza (Sogi Indraduadja, Aming, Tora Sudiro, Tike Amalia, dll)
Sinopsis:
Pernikahan Lana, anak dari pemilik hotel megah milik Pak Rama dan Bu Rani terancam batal karena adanya black mail berupa foto mesra Lana dan mantannya, Alex. Sang mempelai pria, Bagas, pun mendapat black mail berupa rekaman video pesta buajangannya dengan cewek-cewek seksi. Bos Angga sebagai manajer hotel bersama Tingtong, pemimpin wedding organizer, pun memanggil 'The Crew', yaitu pegawai hotel yang bertugas sebagai agen rahasia hanya jika terdapat masalah yang sangat besar. Tugas 'The Crew' ada dua, yaitu menyelidiki pengirim surat kaleng dan memasak Bebek Betutu, sebuah pesanan khusus dari orang tua Bagas, Pak Edo dan Bu Tuti. Sayangnya koki andalan restoran itu, Januar Edwin, punya phobia terhadap bebek sehingga ia harus mencari koki masakan khas Bali tersebut di kota Bandung.

Akankah pernikahan bisa berjalan dengan lancar? Bagaimana cara 'The Crew' mengatasi semua permasalahan tanpa membuat khawatir Pak Rama dan keluarga? Siapakah dalang di balik semua kekacauan ini? Cari tahu jawabannya di film 'Webek (The Wedding and Bebek Betutu)' di bioskop-bioskop kesayangan anda!

Telat banget nih, tapi bodo amatlah! Langsung review aja.

Tanpa kesan memaksa,'Webek' mengajak kita kembali bernostalgia dengan kehebatan mantan pemain Extravaganza dalam berakting dan berkomedi. Dengan komedi klasiknya yang khas dan pemilihan angle kamera yang terkadang terkesan seperti di dalam studio Trans TV, film ini bisa mengajak kita tertawa bersama atau setidaknya senyum-senyum sendiri. Sayangnya hal ini tidak diimbangi logika film yang kuat di beberapa titik cerita. Meskipun begitu dengan 'kebiruannya' dan eksekusi dari Hilman Mutasi yang tidak biasa membuat 'The Wedding dan Bebek Betutu' menjadi tontonan yang tidak bisa dibilang mengecewakan.

Film ini mungkin tidak cocok bagi anda yang tidak terlalu suka komedi khas Extravaganza yang kadang terlalu polos dan halus. Begitu juga sebaliknya, penonton setia acara TV tahun 20an ini akan puas menonton film ini. Yah, bagaimana pun lucu juga tergantung selera. Betul bukan? 

 

RATING: 8.6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog