3 | Review Film


3 (2015)
Sutradara: Anggy Umbara
Pemain: Sunny Cornelius, Abimana Aryasatya, Agus Kuncoro
Sinopsis:
Di masa depan Indonesia menjadi negara liberal dansangat menghargai HAM. Penggunaan peluru tajam tidak diperbolehkan untuk digunakan, bahkan oleh penegak hukum. Pada zaman itu terorisme sangat sering terjadi dan agama menjadi sesuatu hal yang sangat dihindari karena dianggap memberikan doktrin, bukan kemerdekaan.

Alif, Lam, Mim adalah tiga orang bersahabat yang dulu dididik dalam satu padepokan. Kini mereka menjalani hidupnya masing-masing dengan idealitas masing-masing, yang sebenarnya, saling bersebrangan satu sama lain.
Aku paling benci sama namanya film action. Tapi bodo amat dengan apa yang kusuka dan tidak suka, mari kita langsung review aja filmnya!

Setelah 'Hijab' karya Hanung Brahmantyo, Multivision Plus kembali membuat film yang tentang agama dengan pandangan modern. Kali ini Arie K. Untung bergerak sebagai produser dan Aggy Umbara ditunjuk menjadi sutradara. *buang nafas* Aku tidak pernah 'Hijab' menantang pemikiran kolot Islam ataupun semacamnya, melainkan hanya menunjukkan realita pemikiran wanita sekarang tentang hijab which is bisa jadi tidak setaat orang-orang di jaman Rasulullah. Pada film '3' ini Anggy juga mengusut ide-ide yang membuat orang berpikir ulang tentang persepsi Islam mereka, seperti yang ia sebenarnya sudha tunjukkan di 'Mama Cake' buatannya. Aku hanya berharap tidak ada orang-orang yang langsung menghakimi ini film sesat dengan energi yang sangat negatif karena film ini sesungguhnya KEREN BANGET!!!

Lupakan 'Mission Impossible 5' yang kita tonton beberapa bulan lalu, '3' menawarkan konsep yang lebih menarik, berat, realistis, tidak biasa dan sangat bisa dinikmati. Dengan gayanya, Anggy meramu cita rasa perfilman Indonesia dan genre aksi dengan sangat baik. Walaupun cukup banyak pemikiran yang ingin ia sampaikan, tetapi hal itu tidak membuat film ini menjadi dosen yang membosankan. Semuanya ditata dengan timing, konflik dan dramatisasi yang rapi.

Entah ini kekurangan atau tidak, tetapi perkelahiannya lebih banyak menggunakan slow-motion. Aku pribadi sangat bisa menikmati, apalagi dengan koreografi yang greget dan tampak meyakinkan. Para penggemar film 'The Raid' yang berekspektasi perkelahian keras dan berdarah harus sabar dulu karena hal itu tidak ditemukan dalam film ini. Meskipun begitu para aktor yang kita tidak duga-duga, seperti Agus Kuncoro, Abimana, Prisia Nasution, dan lainnya mampu menampilkan perkelahian yang sangat baik. Tentunya ditambah dengan dialog dan akting yang sempurna, '3' menjadi film action yang sangat pas untuk menjadi tontonan favorit tahun ini.
Anggy Umbara menggunakan CGI pada film ini. Tidak cukup menggunakan buaya digital di Comic 8: Casino King kemarin, kini ia membangun komputerisasi gedung-gedung hancur dan ledakan cafe yang "seadanya". Alih-alih mengecewakan, justru ini bisa jadi trademark Anggy pada film-filmnya. Kalau iya, ia harus bisa meyakinkan penonton Indonesia agar tidak merasa terganggu dengan efek komputer yang tampak tidak 100% real tersebut. Berita bagusnya, ada peningkatan signifikan di film ini tentang penggunaan komputernya karena layar komputer pada dinding, layar kaca dan HP kaca yang dibuatnya sangat bagus dan meyakinkan. Juga dengan editing seenaknya-sendiri-tapi-keren khas Anggy, hal tersebut dapat menjadi nilai plus buat film ini.
Untuk ukuran film aksi '3' akan menjadi film yang sangat memorable buat penonton lokal. Semoga saja sih para penikmat film dunia juga bisa menikmati film ini karena banyak pesan bagus yang disampaikan Anggy, terutama tentang Islam dan terorisme. Namun aku lebih berharap lagi orang Indonesia sendiri JUGA NONTON film ini. Kalaulah tidak di bioskop yang memang belum menyebar di seluruh penjuru negeri, setidaknya mereka bisa menyaksikanya secara legal di televisi (dan benar-benar bisa menikmatinya). By the way, karena masih baru tayang, aku rekomendasiin banget kalian menontonnya sebelum film ini turun. Selamat menikmati ya!

RATING: 9.9

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog