Momen yang Paling Membahagiakanku

MOMEN YANG PALING MEMBAHAGIAKANKU
oleh Andika Hilman

"Apa itu kebahagiaan?"

"Apakah tertawa canda bersama teman-teman? Apakah mendapatkan uang yang banyak? Apakah menang lotere? Apakah menjadi terkenal dan punya banyak fans? Apakah berprestasi saat bekerja?" berulang kali aku menanyakan pertanyaan-pertanyaan tersebut sore ini. Hujan lebat di luar membuatku terperangkap di balik jendela sebuah kafe. Secangkir teh susu hangat menemaniku bersantai sejenak. Namun sayangnya kakiku tak henti-hentinya gelisah. Aku tidak bisa rileks. Tidak dengan hujan yang lebat ini.

"Aku sudah tertawa hari ini. Uang di dompetku pun tidak sedikit sore ini. Namun mengapa aku tidak bahagia?" tanyaku pada diri sendiri. Pertanyaan itu, sebenarnya, aku sudah tahu jawabannya. Perantauan ini membuatku meninggalkan keluarga dan seluruh sahabatku. Aku merasa tidak ada lagi yang bisa memelukku. Tidak ada lagi telinga yang betah mendengarkanku berceritaku. Belum lagi masalah kerjaan yang semakin berat, juga lingkungan kantor yang berkompetisi tidak sehat. "Wanita yang biasanya ceria ini tidak bisa lagi tersenyum," bisikku pada diriku sendiri.

Aku kembali melihat hujan di luar. Semakin deras. Langit sore kini menyerah memancarkan cahayanya. Gelap. Aku semakin gelisah. Aku merasa harus segera pulang. Aku butuh diriku sendiri di tengah kekacauan hidup ini. I feel lonely....

Semakin keras aku menahan diriku untuk tetap tenang, semakin keras titik-titik hujan menerpa jendela di sampingku ini, seolah memaksaku untuk segera pergi. Ah, aku tidak tahan. Aku berdiri dan melangkah ke kasir. "Aku harus segera pulang!" bisikku pada diriku sendiri.

Tanpa kendaraan aku berjalan keluar kafe. Aku biasanya menggunakan angkutan umum, tetapi tidak kali ini. Dengan sebuah jaket buluk aku menerpa hujan yang semakin deras. Angin buru-buru menusuk pinggang dan dadaku. Tidak butuh waktu lama sampai wajahku sudah kuyup oleh air. Badanku menggigil, tetapi aku tidak berhenti. Aku terus melanjutkan langkahku.

Semakin kedinginan badanku, semakin jelas masalah-masalah yang sedang menghadapiku. Semakin sering hujan mengalir sekujur tubuhku, semakin jahat kurasa orang-orang di sekitarku. Semakin pegal kakiku, semakin kusadar bahwa aku sendirian. Not even just alone, I'm so lonely.....

Tanpa terasa mataku semakin hangat. Aku tak tahu seberapa deras air mataku mengalir karena wajahku sudah basah oleh hujan. Sambil menahan suara agar tak terlalu keras, aku menangis sejadi-jadinya. Tiba-tiba kakiku ingin berhenti. Aku membuka tudung kepalaku dan meangkat kepalaku menatap awan. Senyumku mengembang, lebaaaaaaar sekali.

Setelah sekian lama, aku tak pernah merasa sebahagia ini......





(Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog