Unidentified Walking Object << Aku lebih aktif di blog ini. Isinya macam-macam, dari puisi, cerpen, review film, blogging, sampai hal-hal yang lucu. HAVE FUN THERE!
Gelap langit malam terlihat melalui jendela kamar. Bintang tampak jarang bersinar. Ketika jendela dibuka, dinginnya terasa sampai menusuk sela rusukku, ruang kosong yang diambil untuk seseorang. Entah siapa. Entah penting atau tidak. Aku duduk di atas kasur. Memeluk guling di bawah selimut. Tidak bisa tidur. Padahal besok adalah hari pertamaku sebagai anak SMA. Masih kecil, tapi besar. Masih muda, tapi diharapkan bersikap dewasa. Usia yang membingungkan. Banyak hal terlintas di benakku. Seolah otakku dilempari berbagai macam sampah oleh fans penonton konser yang marah kepada band kesayangannya. Berisik. Dan seolah semakin berisik ketika aku beranjak dewasa. Semakin berisik ketika ayah dan ibu berpisah. Semakin berisik ketika aku berhasil diterima di sekolah yang akan kudatangi esok nanti. Di luar jendela masih gelap dingin. Bahkan pohon di depan kamar tidak terlihat. Ketika kuambil gelasku, tiba-tiba muncul cahaya yang tidak biasa. Satu bintang di langit berkedip terang. Diam terg...
Seringkali ketika kita memeriksakan diri sendiri atau keluarga kita, sang dokter hanya melakukan beberapa pemeriksaan dan ‘merujuk’ kita ke rumah sakit yang lebih besar. Pemeriksaan tersebut hanya berupa foto x-ray , pengambilan darah, atau hanya menempelkan stetoskopmya saja ke badan kita. Hanya memberikan obat pereda nyeri atau vitamin yang bisa kita beli sendiri di apotek, sang dokter lalu membuat surat rujukan dan kita diminta untuk mengantri ulang di rumah sakit lain. Bahkan kadang kita tidak diberi obat sama sekali. Seolah sia-sia kita telah membuang waktu dan uang untuk memeriksakan diri ke dokter tersebut. Pernahkah anda mengalami kejadian seperti itu? Mengapakah kita dirujuk sedemikian rupa? Benarkah yang dilakukan sang dokter memperlakukan seperti itu? Apakah merujuk berarti seorang dokter berusaha memberikan penatalaksanaan terbaik sesuai dengan penyakit kita, atau hal tersebut merupakan pelepasan tanggung jawab semata karena sang dokter kurang kompeten menangani p...
Semenjak aku bersekolah di SD Al-Falah Tropodo Darussalam, aku selalu ranking satu di kelas. Pelajaran favoritku waktu itu adalah Matematika dan Bahasa Indonesia. Aku juga suka pelajaran IPA dan Bahasa Inggris. Secara teori, nilai pelajaran Agamaku cukup bagus walaupun aku tidak mempraktekkannya di rumah. Karena ibuku orang Sulawesi, kami jarang berbicara bahasa Jawa di rumah. Namun walaupun aku asing dengan bahasa Jawa, nilaiku secara teori pun tidak buruk. Aku tidak terlalu mahir pada pelajaran kesenian. Aku sempat dileskan menggambar dan sempat menang lomba menggambar juga juara 3. Namun bakatku tidak terasah di sana. Aku juga tidak bisa memainkan alat musik sama sekali, terutama karena waktu itu aku tidak tertarik. Aku juga tidak terlalu baik pada pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Aku tidak terlalu pintar dalam menyerap ilmu geografi, sejarah, dan ilmu sosial. Walaupun begitu, aku merupakan murid yang serius ketika sedang mendengarkan guru mengajar di kelas. Tida...
Komentar
Posting Komentar