Sejak Aku Masih Kecil (Remake)

SEJAK AKU MASIH KECIL [Cerpen]
oleh Andika Hilman

Orang tuaku bertengkar lagi.

Aku benar-benar takut kalau sudah begini. Seperti biasa aku bersembunyi di dalam kamar dan mematikan lampu seolah keberadaanku tidak mereka pedulikan. Sebenarnya aku sudah lelah melalui malam-malam seperti ini, tetapi aku tidak bisa mengacuhkan apa yang sedang terjadi. Muncul rasa takut yang sangat besar saat mendengar mereka bersahutan, walaupun sebenarnya terdengar saling melengkapi. Seakan dikendalikan, tubuhku memanjat tempat tidur dan duduk di pojokan sambil memeluk sebuah boneka beruang. Oh iya, mungkin aneh untuk cowok di umur segini punya boneka beruang, tetapi aku tidak pernah peduli apa kata orang. Apalagi malam ini, tak mau rasanya kupeduli terhadap apapun atau siapapun!

Mungkin aku takut keluarga ini akan hancur sewaktu-waktu. Aku tidak bisa membayangkan jika orang tuaku berpisah dan aku harus memilih antara jaminan materi ayah atau kasih sayang ibu. Namun aku lebih takut lagi dengan perkawinanku kelak kalau ku sudah dewasa. Akankah aku menjadi SAMA dengan orang tuaku? Mungkinkah rekaman tarumatis ini cukup intens mendidikku menjadi calon suami yang kasar dan pemarah? Aku takut tanganku belajar untuk memecahkan barang saat marah. Aku takut tumbuh menjadi seorang pembenci. Dan terutama aku takut tidak bisa mengendalikan diriku sendiri. Aku takut karena kutahu aku lemah. Aku bodoh.

Tanpa sadar aku sudah dalam posisi terbaring. Mungkin punggung kelelahan menopang stres ini. Aku memeluk beruangku lebih erat karena aku tahu lebih susah untuk memejamkan mata. Ya, JAUH lebih susah.

Aku memandang wajah beruang yang kupeluk lalu berpikir,"Apakah aku akan punya anak suatu hari nanti?" Kalau iya aku akan sangat kasihan dengan anak tersebut. Aku merasakan apa yang ia rasakan, tumbuh di keluarga yang rusak dengan terus berpikir bahwa semuanya akan baik-baik saja. Aku berharap ada seseorang yang memeluk anak kecil tersebut dan meyakinkannya bahwa hidupnya akan baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Kuambil earphone dan kuputar musik beralunan lambat di hapeku. Lagu cinta. Sambil menikmatinya perlahan aku sadar bahwa mungkin seharusnya aku tidak usah menikah suatu hari nanti. Aku tidak mau menghancurkan hidup orang lain. Aku tidak mau ada pria atau wanita kecil hidup dalam ketakutan akan orang tuanya. Aku tahu aku harus bijak. Meski sebagai manusia normal aku butuh cinta, seks dan sebuah keluarga sebagai tempat kembali, tetapi bukan berarti aku harus dapat segala hal yang kuinginkan kan?

Perlahan kamarku tampak menjadi semakin gelap dan gelap. Akhirnya degup jantungku mulai melambat. Punggungku tiba-tiba terasa berat seolah ada yang menarik. Mendadak datang seberkas cahaya kuning yang buram di depan mataku. Kepalaku pening sekali. Kupeluk beruangku.

Mataku perlahan terbuka.

Ternyata sudah pagi."Ah mimpi buruk itu lagi!" bisikku kesal. Aku bangkit dari tempat tidur dengan perlahan karena aku tidak mau membangunkan istriku yang masih terlelap. Perutku yang menggeram memaksaku untuk berjalan menuju kamar mandi.

Sebelum masuk kamar mandi tak sengaja kumelihat boneka beruang kesayanganku. Ia sudah berubah, fisiknya tak lagi sebagus dulu. Aku berjalan mendekat dan membuka kotaknya. Setelah memastikan tidak ada yang melihat aku pun memeluknya. Perlahan kehangatan yang kami lampaui bertahun-tahun kembali datang. Aku bersyukur hidupku saat ini baik-baik saja. Aku belum pernah bertengkar hebat dengan istriku tersayang seperti apa yang kutakutkan sewaktu kecil dulu. Aku memeluk  boneka beruangku sangat erat, bukan lagi karena takut, tetapi karena aku sadar bersamanya aku merasa lebih kuat. Bersamanya aku sadar bahwa masa depan bisa berubah. Setidaknya lebih mudah daripada bangun dari mimpi buruk itu setiap malam.

Ya, JAUH lebih mudah.........

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog