11/9.....

-
Trump menang! Bodo amat??

Ehem, pastinya sudah pada tahu kan? Pengusaha properti berusia 70 tahun ini berhasil memenangkan pemilu dan menjadi presiden AS yang ke-45. Banyak yang demo karena Donald Trump menang.... Banyak yang bingung kok bisa..... Namun banyak juga yang memang mendukungnya untuk menduduki gedung putih. Nah tapi sebagai orang Indonesia perlu nggak sih kita ikut heboh sama kemenangan presiden baru AS ini?

Sebagai muslim sebenarnya kita agak dirugikan karena Trump benci sama stigma negatif yang kita miliki, yaitu teroris. Kerugian ini dirasakan terutama oleh muslim yang sedang tinggal atau mau pergi ke AS karena kemungkinan besar Amerika bakalan disterilkan dari muslim. Itu belum termasuk kalau Trump semakin meningkatkan aktivitas militer yang negatif ke negara-negara Islam. Sedih banget ya..? Namun sebagai muslim haruskah kita takut dengan hal tersebut? Of course not! We got Allah swt as a backup, right?

Untuk urusan negara sendiri rasanya Indonesia nggak perlu khawatir. Pasalnya bisnis resort Trump di Indonesia aja ada 3. Bagi Amerika pun Indonesia adalah market yang bagus untuk banyak hal (Indonesia's still a stupid consumptive country, isn't it?). Belum lagi negara kita sudah lama menjalin kerja sama baik dengan Amerika dan Jokowi pun terbuka dengan terpilihnya Trump sebagai presiden. Secara Jokowi kan boneka Amrik!? Wkwkwk.... Intinya kayaknya nggak perlu khawatir sama kemenangan Donald Trump.

Sejujurnya aku sedikit berharap Trump menang sih karena mungkiiiiin dollar bakalan turun. Jadi ntar kalo mau belanja barang luar negeri harganya jadi lebih murah. Hehehehe..... (Nyambung nggak sih?)
Namun yang jelas kemenangan Donald Trump membawa hikmah bagi kita semua. Bahkan seseorang yang banyak diragukan orang, selalu diprediksikan kalah, dihujat, diremehkan dan sebagainha bisa mencapai cita-citanya menjadi presiden Amerika. Trump itu nggak pernah menjabat sama sekali lho! Sepertinya kubilang di atas dia adalah seorang pebisnis. Dia orang baru di dunia politik sehingga secara pengalaman dia lemah. Namun Trump tidak menyerah. Ia tetap jadi dirinya sendiri. Dia tetap kontroversial dan tidak peduli orang mau bilang apa. Sampai akhirnya kharismanya bisa mengantarkannya menuju gedung putih.

Jadi siapapun kamu, entah terlahir bodoh, jelek, dari kalangan buangan, diremehkan masyarakat, atau APAPUN ITU tidak ada yang tidak mungkin. Keep being yourself and catch your dream! Apapun bisa terjadi di masa depan karena tidak ada yang bisa memprediksi, atau lebih tepatnya, kita bisa mengubah masa depan kita sendiri. Semangat! Ayo menang bareng! Mengutip perkataan Billy Boen, see you on top!!! :)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

-
Dilema Asian Value dan Human Rights by ahn Tulisan ini didasari dari viralnya video kedatangan Pandji Pragiwaksono di Podcast Total Politik pada video Youtube yang berjudul 'Pandji Pragiwaksono Kaget Sama Jurus Andalan Prabowo?' Penulis resah dengan situasi Pemilu Presiden dan Wapres 2024 kemarin. Mengapa? Karena adanya praktik politik dinasti, yang menurut Arie Putra (host Total Politik), dianggap sebagai  'asian value' dan ' human rights'. Pada dasarnya, memang telah menjadi hak asasi bagi siapapun di Indonesia untuk maju menjadi pejabat politik. Namun tentunya, bukan itu yang menjadi perhatian Pandji ketika bertanya kepada Arie dan Budi (co-host Total Politik).  Politik dinasti tidak seharusnya terjadi ketika Joko Widodo sedang menjabat sebagai Presiden RI. Tidak seharusnya anaknya, Gibran, maju sebagai Walikota Solo, atau bahkan sampai menjadi Cawapres RI. Hal itu jelas tidak etis. Mengapa? Karena takut adanya konflik kepentingan. Apalagi jika hal ini dilaku...
Read more>>

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog

-
Kami harus mulai mempersiapkan diri untuk Ujian Nasional sejak semester 4. Aku sudah lama tidak mengikuti ekstrakulikuler karena ingin lebih fokus belajar. Apalagi karena aku merasa tertinggal dibandingkan teman-teman sekelas. Mayoritas dari mereka bahkan tidak mengikuti ekstrakulikuler apapun dan lebih memilih untuk belajar. Pelajaran favoritku waktu itu jelas Bahasa Indonesia. Namun, pelajaran Sosiologi juga cukup menarik perhatianku waktu itu. Kelas kami sendiri waktu itu otomatis masuk jurusan IPA.  Seperti biasa, aku buruk dalam pelajaran Olahraga. Aku selalu kelelahan saat berlari dan selalu sampai paling akhir. Suatu kali, aku tidak mengikuti pelajaran Olahraga dan menangis di pinggir lapangan. Waktu itu, aku merasa guruku tidak peduli denganku saking buruknya aku pada pelajaran tersebut. Padahal, pikiran tersebut hanyalah asumsiku sendiri. Aku juga merasa sangat kesulitan untuk mengikuti pelajaran Fisika dan Kimia. Aku sangat kesal karena di kelas guru-guruku mengajar terla...
Read more>>