Get Married 5: 99% Muhrim [Short Review]

-
Baca review film lainnya di blog-ku yang satunya di sini
GM
Judul: 99% Muhrim: Get Married 5 (2015)
Sutradara: Fajar Bustomi 
Pemain: Nirina Zubir, Nino Fernandez, Ricky Harun, Anggika Bolsterli
Sinopsis:
Mae sekarang menjadi wanita bergaya hidup "modern", berpenampilan glamour, suka berselfie, mengajarkan anak-anaknya bahasa Inggris sadari kecil, minum wine, dsb. Tiba-tiba keluarganya dibegal yang membaut ibunya hampir meninggal. Mae sedih dan malu karena tidak bisa mengaji, kalah sama anak-anaknya yang diam-diam belajar mengaji dengan nenek mereka. Mae pun memutuskan untuk kembali mengenal Islam. Hal tersebut menginspirasi Sophie yang kini tengah kawin gantung dengan kekasihnya Jali. Akankah Mae dan Sophie merealisasikan niat mereka d tengah gaya hidup keluarga mereka yang serba glamour? Mampukah ia diterima oleh keluarganya sendiri?


Muhrim
Poster adalah alat promosi pertama sebuah film DAN film Get Married 5: 99% Muhrim ini punya poster yang menurutku jelek banget. Pemainnya yang tampak ditumpahkan dalam satu foto seakan menandakan bahwa pembuatnya tidak percaya diri dengan filmnya sendiri dan lebih memilih muka-muka seleb yang mungkin lebih menarik penonton untuk ke bioskop. Apakah benar begitu? Daripada ber-su'udzon lebih baik kita langsung aja review filmnya.
As expected, film yang sebenarnya lucu dan inspiratif tidak mampu mencapai level yang memuaskan. Get Married 5 ini memang mampu menjadi hiburan selagi menikmati suasana lebaran yang masih hangat dengan kisah religinya. Filmnya pun ringan dan cukup berisi. Namun penonton yang tidak terlalu banyak uang mungkin harus berpikir lagi untuk menikmati film ini di bioskop, apalagi untuk membelikan tiket bioskop untuk satu keluarga dengan harga yang tidak murah. Film ini lebih cocok ditonton di TV bersama keluarga tercinta sambil ditemani cemilan beragam dan kesempatan untuk pergi kamar kecil. 
GM
GET MARRIED 5: 99% MUHRIM jelas menonton serangkaian film Get Married dengan sangat bagus dan berkualitas. Komedi dan karakter yang khas itu masih melekat sampai film terakhirnya ini. Keputusan untuk membalut film ini dengan religi islami yang bisa menginspirasi muslim dan, terutama, muslimah Indonesia yang mulai terjebak dalam gaya hidup "barat". Namun  Get Married 5 mungkin agak susah bersaing dengna film-film di bioskop, mulai dari film-film lokal sampai film-film hollywood yang menawarkan hiburan yang lebih "entertaining". Well, this movie made me laugh though.
Klik untuk melihat behind the scene

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Asian Value dan Human Rights | Opini

-
Dilema Asian Value dan Human Rights by ahn Tulisan ini didasari dari viralnya video kedatangan Pandji Pragiwaksono di Podcast Total Politik pada video Youtube yang berjudul 'Pandji Pragiwaksono Kaget Sama Jurus Andalan Prabowo?' Penulis resah dengan situasi Pemilu Presiden dan Wapres 2024 kemarin. Mengapa? Karena adanya praktik politik dinasti, yang menurut Arie Putra (host Total Politik), dianggap sebagai  'asian value' dan ' human rights'. Pada dasarnya, memang telah menjadi hak asasi bagi siapapun di Indonesia untuk maju menjadi pejabat politik. Namun tentunya, bukan itu yang menjadi perhatian Pandji ketika bertanya kepada Arie dan Budi (co-host Total Politik).  Politik dinasti tidak seharusnya terjadi ketika Joko Widodo sedang menjabat sebagai Presiden RI. Tidak seharusnya anaknya, Gibran, maju sebagai Walikota Solo, atau bahkan sampai menjadi Cawapres RI. Hal itu jelas tidak etis. Mengapa? Karena takut adanya konflik kepentingan. Apalagi jika hal ini dilaku...
Read more>>

Masa SMA 4: Malam Perpisahan | Blog

-
Kami harus mulai mempersiapkan diri untuk Ujian Nasional sejak semester 4. Aku sudah lama tidak mengikuti ekstrakulikuler karena ingin lebih fokus belajar. Apalagi karena aku merasa tertinggal dibandingkan teman-teman sekelas. Mayoritas dari mereka bahkan tidak mengikuti ekstrakulikuler apapun dan lebih memilih untuk belajar. Pelajaran favoritku waktu itu jelas Bahasa Indonesia. Namun, pelajaran Sosiologi juga cukup menarik perhatianku waktu itu. Kelas kami sendiri waktu itu otomatis masuk jurusan IPA.  Seperti biasa, aku buruk dalam pelajaran Olahraga. Aku selalu kelelahan saat berlari dan selalu sampai paling akhir. Suatu kali, aku tidak mengikuti pelajaran Olahraga dan menangis di pinggir lapangan. Waktu itu, aku merasa guruku tidak peduli denganku saking buruknya aku pada pelajaran tersebut. Padahal, pikiran tersebut hanyalah asumsiku sendiri. Aku juga merasa sangat kesulitan untuk mengikuti pelajaran Fisika dan Kimia. Aku sangat kesal karena di kelas guru-guruku mengajar terla...
Read more>>